Perjalanan Karir Ibu Nenny Soemawinata

709

Q: Perjalanan karir Ibu Nenny yang sangat panjang dari perhotelan, televisi, lalu agency. Tapi sekarang Ibu Nenny lebih memilih untuk di Putera Sampoerna Foundation sebagai tempat berkarir yang terakhir. Kenapa begitu?

A: Waktu saya mulai itu sebenarnya saya masih dalam masa transisi. Waktu itu saya kerja di Malaysia, di set up televisi. Lalu Pak Putera bertanya ke saya melalui sms, “are you ready for a change of your career?”.

Tadinya saya pikir ini maksudnya hoax. Tapi ternyata beliau langsung ngajak ketemu di Jakarta. Dan begitu ketemu, kami ngobrol selama 45 menit. Lalu dia menyampaikan rencana dia.

Di situ dia bertanya, “Kamu ngga capek jadi CEO atau direktur gitu? You’ve done it all. Mending kamu bantu saya yuk, bantu untuk Indonesia.”

Langsung deh dia cerita tentang program dia tentang bagaimana membantu meningkatkan pendidikan anak2-anak Indonesia. Kata dia, “Its time for you to give back.”

Saya langsung setuju. Its all about trust, saya percaya dia itu orangnya full of commitment. Di kami pun sudah ada mutual trust and respect, makanya saya langsung setuju.

Q: Memiliki mutual trust and respect sekuat itu, dulu sebenarnya gimana sih awal mulanya bekerja sama atau hanya berteman saja?

A: Awal kenal itu waktu tahun 86an. Waktu itu yang namanya Sampoerna itu sangat unknown. Kalah sama brand lain.

Strategi kita dulu itu mengenalkan brand Dji Sam Soe dulu, baru nama PT Sampoerna. Saya yang buat iklannya, karena saya ada pengalaman di advertising.

Sampai urusan gunung Bromo, terus akhirnya bisa go public. Setelah itu baru kita bikin A-mild. Di perjalanan itulah saya mengenal seorang Bapak Putera.

Q: Banyak sektor bisnis yang sudah digeluti oleh Ibu Nenny. Dan setahu saya, background Ibu Nenny sebenarnya programmer computer. Pernah kerja sebagai programmer computer kah?

A: Saya malah belum pernah kerja itu. Memang penting untuk memiliki pendidikan yang tinggi. Di zaman sekarang itu S1 udah kurang cukup, sebisa mungkin hrs S2. Karena kompetisi yang sangat menantang.

Dan zaman dulu belum ada istilah IT. Yang merubah saya adalah summer. Zaman dulu temperatur ruangan itu harus tertentu. Kalo panas sedikit, komputer nggak bisa jalan. Repot kan jadinya.

Jadi harus di ruangan dingin, dan saya harus pake jaket karena kedinginan terus. Tapi kalo saya melihat ke jendela, di luar orang-orang pada enak pakai baju pendek. Di sini saya langsung ngeh, I am in the wrong business.

Q: Setelah berkarir di berbagai sektor bisnis, sekarang akhirnya di pendidikan. Apa sih kunci sukses dari seorang Ibu Nenny?

A: Setiap kita ada pekerjaan, harus ada goals-nya. Dan harus ada desire outcome.

Juga dengan tim yang dimiliki, harus dipikirkan strategi how do we get there? Saya juga mengutamakan teamwork. Apalagi dulu di dunia advertising, mana ada yang bisa satu orang maju sendiri?

Harus dipikirkan teamwork. Dan dalam teamwork, harus pilih the best people, berdasarkan skill-nya. Harus memilih orang yang mau terus maju ke depan. Dan harus selalu mau belajar, meskipun udah sukses.

Saya pernah punya atasan, dia lebih muda tapi jauh lebih pintar. Dan saya ngga malu untuk belajar dari dia. Itu yang penting, harus selalu mau belajar. [teks Gabriella Sakareza | foto www.sampoernafoundation.org]

Redaksi