Di Hot Seat kali ini, kita kehadiran seorang hot profile yang merupakan salah satu diva-nya Indonesia.

Sosok yang satu ini, juga akan menjadi penyanyi solo perempuan pertama yang menggelar konser di stadion GBK pada tanggal 25 Februari 2023.

Tonton juga : Companionship Versi Raline Shah Di Hot Seat

Siapa lagi kalau bukan Raisa! Selain akan bicara banyak soal konsernya/ kali ini Raisa juga akan banyak membahas soal sisi lainnya di luar dunia musik.

Salah satunya, seperti tentang love language Raisa dengan Hamish Daud.

The post Love language Raisa yang Beda Sama Hamish Daud appeared first on 103.8 FM Brava Radio.

Futures made of virtual insanity

Now always seem to be governed by this love we have

For useless, twisting, all our new technology

“But I’ll never get the credit for it,” kata Kay kepada Esquire, mengingat keprihatinannya terhadap utang negara dunia ketiga dan isu-isu lingkungan dari album debut grup ini, Emergency on Planet Earth.

“Just like I’ll never be credited for releasing a song called ‘Virtual Insanity’ about genetic engineering the day before Dolly the sheep is on the front of every newspaper.”

Lagu ini dikenal dengan video musiknya yang inovatif, disutradarai oleh Jonathan Glazer dengan bantuan kreatif dari pendiri Smoke & Mirrors, Sean Broughton. Video ini menunjukkan Jay Kay menari di atas lantai abu-abu yang bergoyang sementara perabotan di sekelilingnya tetap diam, kecuali jika dia memerintahkannya untuk bergerak.

Meskipun Kay terlihat seperti meluncur di sepanjang ban berjalan raksasa, triknya tidak terletak pada lantai sama sekali, tetapi pada dinding, yang dibuat untuk bergerak di sekitar lantai yang tidak bergerak.

Baca juga : Seal -Prayer for The Dying [1994]

Video ini memenangkan empat (dari sepuluh nominasi) MTV Video Music Awards pada tahun 1997: Breakthrough Video, Video of the Year, Best Special Effects in a Video, and Best Cinematography in a Video.

MTV Jamiroquai

Untuk penampilannya di MTV, Jay Kay benar-benar menari di atas lantai yang bergerak. Dua lantai yang bergerak, menuju ke arah yang berbeda, disiapkan di atas panggung untuk menciptakan ilusi video tersebut.

The post Jamiroquai – Virtual Insanity [1996] appeared first on 103.8 FM Brava Radio.

Di Hot Seat kali ini, kita kedatangan seorang tamu yang multitalented, yaitu seorang dokter, bintang iklan, dan masih banyak lagi.

Siapa lagi kalau bukan dr.Reisa Broto Asmoro! dr. Reisa tentunya akan bicara banyak soal pandemi dari sudut pandang juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, apalagi dengan kasus subvarian omicron XBB yang sedang meningkat.

Tidak hanya itu saja, tapi kami juga akan banyak membahas soal pelestarian lingkungan, dengan dr.Reisa yang juga merupakan Putri Indonesia Lingkungan di tahun 2010.

Tonton juga : Cara Menjaga Hubungan Ala Marsha Timothy

Berhubung Piala Dunia Qatar juga sedang berlangsung, kami juga akan membahas negara apa yang dibela oleh dr.Reisa kali ini!

The post Hot Seat: Bahas Pandemi Sampai Piala Dunia Bersama dr. Reisa appeared first on 103.8 FM Brava Radio.

Di Kanada, lagu ini menjadi lagu pertama dari tiga lagu Seal yang menduduki peringkat dua di tangga lagu RPM Top Singles, dan menjadi lagu dengan peringkat tertinggi di Kanada.

Pada bulan November 1995, “Prayer for the Dying” dirilis ulang sebagai double A-side dengan “Don’t Cry” di Inggris; rilisan ini mencapai nomor 51 di tangga lagu Inggris.

Saat memperkenalkan lagu ini dalam konsernya, Seal mengatakan bahwa ia menulisnya setelah mengalami beberapa kali pertemuan dengan kematian, yang pada akhirnya menjadi hal yang baik karena hal itu membuatnya menghadapi ketakutan terburuknya.

Lagu ini merupakan doa bagi mereka yang sekarat dalam arti bahwa dia berbicara kepada mereka yang tidak seberuntung dirinya; Seal bermain dengan api dan tidak terbakar, namun banyak orang lain yang tidak.

Baca juga : Craig David – Walking Away [2000]

Kalimat pembukanya, “Fearless people, careless needle,” menyiratkan bahwa ia berbicara tentang penggunaan narkoba.

Lagu ini berhasil menduduki peringkat pertama pada bulan Agustus, lebih dari setahun setelah “Prayer For The Dying” dirilis.

Video ini disutradarai oleh Paul Boyd, yang juga menggarap lagu “Man! I Feel Like a Woman!” dari Shania Twain dan “Desert Rose” dari Sting. Video ini menunjukkan Seal membawakan lagu tersebut di sebuah ruangan melingkar berwarna putih yang dipenuhi dengan pintu-pintu yang tidak pernah dibukanya.

Seal menulis lagu ini bersama gitarisnya, Gus Isidore. Lagu ini diproduseri oleh Trevor Horn yang terkenal dengan Yes dan Buggles; ia dikontrak oleh label milik Horn, ZTT Records.

The post Seal – Prayer for the Dying [1994] appeared first on 103.8 FM Brava Radio.

Lagu ini mencapai chart nomor tiga di Inggris dan nomor satu di Selandia Baru, di mana lagu ini menjadi lagu paling sukses tahun 2001 menurut Asosiasi Industri Rekaman Selandia Baru (sekarang Recorded Music NZ).

Walking Away

Pada tahun 2008, lagu ini direkam ulang untuk kompilasi Greatest Hits David, dirilis pada bulan November 2008 di Inggris. Versi baru masing-masing menampilkan artis yang berbeda : Lynnsha pada versi Prancis, Nek pada versi Italia, Álex Ubago pada versi Spanyol dan Monrose pada versi Jerman.

Baca juga : Genesis – Invisible Touch [1986]

Vokal Monrose dinyanyikan dalam bahasa Inggris, bukan dalam bahasa Jerman, sedangkan artis-artis lainnya bernyanyi dalam bahasa asli mereka.

The post Craig David – Walking Away [2000] appeared first on 103.8 FM Brava Radio.

Pada tahun 1970-an, Ingram mulai tampil di band Akron Revelation Funk di bawah pimpinan John Birkett dan bersama Bernard Lawson, Sr. Grup ini dibuka untuk Ohio Players dan tampil dengan berbagai band funk Akron lainnya, termasuk Axis dan the Silky Vincent Group.

Pada akhir 1970-an, Ingram memiliki reputasi untuk pekerjaannya sebagai vokalis sesi studio di Los Angeles, dan segera menarik perhatian mantan penulis lagu legendaris Motown, Lamont Dozier. Dozier menawarkan Ingram kesempatan untuk menyumbangkan vokal dan materi untuk beberapa rilisannya, dan “Love’s Calling” dari Ingram mendapatkan beberapa pemutaran.

Legenda musik, komposer dan direktur musik lainnya, Quincy Jones, mendengar demo Ingram membawakan lagu berjudul “Just Once”, dan dengan cepat menawarkan penyanyi itu kesempatan untuk tampil di album 1980-nya The Dude.

Baca juga : Mariah Carey – All I Want For Christmas Is You [1994]

“Just Once,” direkam ulang dengan Quincy Jones, menjadi hit besar pertama Ingram, memenangkan Ingram Grammy Awards untuk Vokal Pop Pria Terbaik dan Vokal R&B Terbaik, serta nominasi untuk Artis Baru Terbaik.

The post James Ingram – Just Once [1981] appeared first on 103.8 FM Brava Radio.

Pada 1978, dia telah menjadi bagian dari Genesis selama hampir delapan tahun, dan dengan enggan menerima peran vokalis setelah kepergian Peter Gabriel.

Untuk album band ‘And Then There Were Free‘, mereka menggunakan suara yang lebih umum, dengan lagu-lagu seperti ‘Follow You Follow Me‘, dengan vokal Phil di depan. Dia telah merencanakan untuk membuat album solo untuk beberapa waktu pada tahun 1981.

Phil berkata pada saat itu: “One ambition is to do my own album which will have a lot of variety. The album, when it does come out, will have a lot of different styles on it..”

Tentang apa lagu itu?

Phil menulis lagu itu selama kesedihan yang dia rasakan setelah menceraikan istri pertamanya Andrea Bertorelli pada 1980. Perceraian itu berkontribusi pada hiatus 1979 dari Genesis, hingga band bergabung kembali pada Oktober tahun itu untuk merekam album Duke.

Baca juga : Billy Joel – We Didn’t Start The Fire [1989]

Semua lagu asli di Face Value Album, termasuk hit lanjutan ‘I Missed Again’, dimaksudkan untuk menjadi “pesan” kepada istri pertamanya, dalam upaya untuk memikatnya kembali padanya.

Phil berkata pada tahun 2016: “I wrote the lyrics spontaneously. I’m not quite sure what the song is about, but there’s a lot of anger, a lot of despair and a lot of frustration..”

Itu melahirkan legenda urban yang menyeramkan

Menurut cerita, Phil menyaksikan seorang pria yang pernah menyerang istrinya tenggelam. Versi lain adalah bahwa Phil menulis lagu tentang seorang pria yang menyaksikan pria lain tenggelam, dan menyanyikannya untuknya di sebuah konser.

Namun versi lain mengklaim bahwa ketika Phil masih kecil, dia menyaksikan seorang pria menenggelamkan seseorang tetapi terlalu jauh untuk membantu. Kemudian, dia menyewa seorang detektif swasta untuk menemukan pria itu, mengiriminya tiket gratis ke konsernya, dan menayangkan lagu di malam itu dengan sorotan pada pria itu sepanjang waktu.

Tentu saja, tidak satu pun dari cerita ini yang benar.

The post Phil Collins – In The Air Tonight [1981] appeared first on 103.8 FM Brava Radio.