50 Juta Konsumen Berhenti Membeli Barang Mewah, Ini Penyebabnya

18

Setelah bertahun-tahun mencatat pertumbuhan gemilang, pasar barang mewah global diperkirakan mengalami perlambatan pertama sejak krisis ekonomi 2009. Menurut laporan tahunan Bain & Company, sekitar 50 juta konsumen berhenti membeli barang-barang mewah seperti tas desainer dan jam tangan akibat kenaikan harga tanpa peningkatan kualitas.

Marie Driscoll, analis ekuitas ritel mewah, menyebutkan bahwa konsumen mulai merasa jenuh dengan strategi harga tinggi yang tidak dibarengi inovasi atau pengalaman belanja yang memikat. “Kenaikan harga yang signifikan sejak 2019 tidak diikuti dengan inovasi atau layanan yang diharapkan dari merek-merek mewah,” jelasnya, melansir Fortune.com.

Hanya sepertiga merek mewah diperkirakan menutup tahun ini dengan pertumbuhan positif, jauh lebih rendah dibandingkan dua pertiga tahun lalu. Driscoll menekankan bahwa inovasi menjadi kunci keberlanjutan. “Merek perlu kembali ke dasar: buat produk lebih inspiratif dan ciptakan pengalaman belanja yang luar biasa,” ujarnya.

Konsumen barang mewah saat ini menginginkan produk yang lebih personal dan eksklusif. Namun, banyak merek belum mampu memenuhi ekspektasi ini. Hermès menjadi pengecualian, menciptakan daya tarik eksklusivitas melalui strategi seperti daftar tunggu panjang untuk tas Birkin mereka.

Penurunan pasar barang mewah juga dipengaruhi oleh melemahnya pengeluaran di Cina, pasar utama sektor ini. Inflasi yang melemahkan daya beli konsumen di negara tersebut berdampak pada pendapatan merek besar seperti LVMH, yang melaporkan penurunan 3 persen bulan lalu.

Bain memperkirakan penurunan sektor barang mewah global sebesar 2 persen pada 2024, namun pemulihan bertahap diprediksi akan dimulai pada akhir 2025. Pasar seperti Cina, Eropa, AS, dan Jepang berpotensi menjadi motor pemulihan berkat nilai tukar mata uang yang menguntungkan.

Bagi merek-merek mewah, tantangan besar terletak pada menjaga relevansi di tengah perubahan ekspektasi konsumen. Inovasi, pengalaman belanja yang unik, dan fokus pada personalisasi menjadi strategi kunci untuk tetap kompetitif di pasar global.