BI Optimis Rupiah Stabil Meski Di Tengah Ketegangan Sentimen Geopolitik

    13
    Sumber: www.bi.go.id

    Bank Indonesia (BI) merespons depresiasi nilai tukar rupiah yang belakangan ini terdampak oleh sentimen konflik geopolitik, dengan nilai yang sempat mendekati Rp15.600 per dolar Amerika Serikat (AS). 

    Mengutip dari Fortuneidn.com, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menjelaskan bahwa BI telah melakukan operasi moneter melalui strategi triple intervention guna menstabilkan nilai tukar rupiah. 

    Triple intervention ini mencakup intervensi di pasar spot, pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian surat berharga negara (SBN) dari pasar sekunder. Langkah ini dilakukan untuk mengarahkan nilai tukar rupiah menuju nilai fundamental yang lebih stabil. Selain itu, BI juga akan memperkaya instrumen keuangan yang dimiliki Indonesia, di mana operasi moneter diarahkan kepada pendekatan “pro-market.”

    Hingga 14 Oktober 2024, instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) masing-masing tercatat sebesar Rp934,87 triliun, 3,38 miliar dolar AS, dan 424 juta dolar AS.

    Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan optimisme bahwa nilai tukar rupiah akan stabil di masa mendatang, didorong oleh prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif dan tingkat inflasi yang rendah. 

    “Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas perekonomian,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), Rabu (16/10/2024), dikutip dari Antara.com.

    Sejauh ini, nilai tukar rupiah melemah sebesar 2,82 persen (poin-to-poin) hingga 15 Oktober 2024 dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pelemahan ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian global akibat ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Namun, dibandingkan dengan akhir Desember 2023, depresiasi rupiah sebesar 1,17 persen dinilai lebih baik dibandingkan mata uang lain seperti peso Filipina, dolar Taiwan, dan won Korea, yang masing-masing terdepresiasi sebesar 4,25 persen, 4,58 persen, dan 5,62 persen.