James Cameron, sineas visioner yang menjadi otak di balik kesuksesan waralaba Avatar, baru-baru ini meluruskan cerita lama yang selama bertahun-tahun beredar di publik terkait Matt Damon. Dalam wawancara terbarunya dengan The Hollywood Reporter, Cameron secara tegas membantah klaim bahwa Damon pernah mendapatkan tawaran resmi untuk memerankan Jake Sully dalam Avatar (2009). Menurut Cameron, tidak pernah ada proses penawaran peran, apalagi kesepakatan kontraktual, baik secara lisan maupun tertulis seperti yang kerap diceritakan dalam berbagai wawancara sebelumnya.
Pernyataan ini sekaligus mematahkan narasi populer yang menyebut Damon hampir menjadi bintang utama Avatar dan dikaitkan dengan potensi keuntungan besar dari film tersebut. Cameron menekankan bahwa komunikasi yang mungkin pernah terjadi tidak pernah melampaui percakapan awal yang bersifat umum, dan sama sekali tidak bisa dikategorikan sebagai sebuah “deal”.
Klarifikasi tersebut muncul bertepatan dengan momentum penting bagi waralaba ini, yakni perilisan Avatar: Fire and Ash, film ketiga dalam seri Avatar, yang mulai tayang di bioskop pada 19 Desember 2025. Waktu kemunculan pernyataan ini membuatnya langsung menyita perhatian media global, sekaligus memicu diskusi ulang tentang sejarah casting salah satu film paling berpengaruh dan berpenghasilan tertinggi dalam sejarah perfilman modern.

Kontroversi ini bermula dari kisah yang selama bertahun-tahun beredar luas dan kerap disebut Matt Damon dalam berbagai kesempatan. Aktor peraih Oscar tersebut pernah mengungkapkan bahwa ia sempat didekati untuk memerankan Jake Sully, karakter utama dalam Avatar (2009), lengkap dengan tawaran pembagian pendapatan film. Dalam ceritanya, Damon menyebut angka 10 persen dari total pendapatan kotor sebuah porsi yang, jika benar terealisasi, berpotensi bernilai ratusan juta dolar mengingat skala kesuksesan film tersebut.
Cerita tersebut pertama kali mencuat ke publik melalui wawancara Damon dengan British GQ serta sejumlah sesi masterclass di Cannes. Saat itu, ia menjelaskan bahwa dirinya memilih menolak kesempatan tersebut karena konflik jadwal dengan proyek Jason Bourne, yang menuntut komitmen penuh di periode yang sama.
Damon pun kerap menggambarkan keputusan itu sebagai peluang finansial terbesar yang pernah ia lewatkan, terutama setelah Avatar mencetak pendapatan hampir USD 3 miliar di box office global dan menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa. Meski terdengar dramatis dan mudah memikat perhatian publik, narasi ini sejak awal memunculkan tanda tanya. Seiring waktu, sejumlah pihak mulai meragukan akurasi cerita tersebut dan mempertanyakan sejauh mana klaim Damon benar-benar didukung oleh fakta konkret di balik layar produksi Avatar.
Dalam wawancara terbarunya, James Cameron secara lugas meluruskan cerita versi Matt Damon dan menegaskan bahwa narasi tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ia ingat. Cameron menyatakan bahwa tidak pernah ada tawaran resmi kepada Damon untuk memerankan Jake Sully, dan tidak pernah pula terjadi kesepakatan finansial, termasuk klaim soal pembagian 10 persen dari pendapatan kotor film. Ia mengakui kemungkinan adanya percakapan singkat melalui telepon mengenai proyek Avatar, namun menekankan bahwa pembicaraan tersebut tidak pernah menyentuh detail karakter, negosiasi peran, atau bentuk kontrak apa pun. Menurut Cameron, interaksi itu sebatas percakapan umum yang menunjukkan apresiasi atas ketertarikan Damon, bukan sebuah penawaran nyata.
Lebih jauh, Cameron menduga angka persentase keuntungan yang selama ini dikaitkan dengan cerita Damon muncul dari proses extrapolation yakni pengembangan asumsi dari obrolan informal yang kemudian berkembang menjadi narasi seolah-olah merupakan kesepakatan konkret. Dikenal sebagai sutradara yang sangat cermat dalam setiap tahap produksi, Cameron menutup klarifikasinya dengan pernyataan tegas, “There was never a deal”. Baginya, pembicaraan soal jadwal atau keterbatasan waktu hanyalah bagian dari komunikasi awal yang wajar dalam industri film, bukan indikasi adanya tawaran peran atau perjanjian resmi.
Sejumlah analis menilai bahwa kisah Matt Damon mengenai tawaran tersebut kemungkinan terbentuk dari perpaduan ingatan personal, anekdot, dan cara ia menuturkannya kembali di berbagai forum publik selama bertahun-tahun. Cerita yang terus diulang dalam wawancara dan diskusi terbuka kerap mengalami pergeseran, bahkan berkembang melampaui fakta awal terlebih ketika disampaikan dengan sentuhan humor atau refleksi pribadi yang membuatnya terdengar semakin dramatis dan menarik.

James Cameron sendiri memandang situasi ini tanpa nada konflik pribadi. Ia menilai cerita tersebut tidak menimbulkan dampak negatif secara personal dan justru memberikan apresiasi kepada Damon, yang memilih menghubunginya secara langsung tanpa perantara agen untuk menjelaskan sikap dan keputusannya pada saat itu. Bagi Cameron, langkah tersebut mencerminkan etika profesional yang ia sebut sebagai tindakan yang “terhormat”.
Bagi Matt Damon, kisah ini selama bertahun-tahun telah menjelma menjadi semacam legenda urban di Hollywood cerita tentang seorang aktor papan atas yang disebut-sebut hampir mengamankan kontrak bernilai fantastis, tetapi memilih melepasnya demi menghormati komitmen profesional lain. Narasi tersebut kerap dipandang sebagai gambaran integritas dan etos kerja Damon, sekaligus menjadi anekdot populer tentang “peluang terbesar yang dilewatkan” dalam sejarah film modern.
Namun, setelah klarifikasi langsung dari James Cameron, cerita itu perlu ditempatkan ulang dalam konteks yang lebih faktual. Cameron menegaskan bahwa pembicaraan yang pernah terjadi tidak pernah berkembang menjadi tawaran resmi, apalagi diskusi kontrak mengenai peran atau pembagian keuntungan film. Tidak ada kesepakatan yang mendekati tahap final seperti yang selama ini diasumsikan publik.
Sementara itu, bagi Cameron sendiri, pernyataan ini justru memperkuat citranya sebagai pembuat film yang transparan dan berhati-hati dalam menjelaskan proses casting serta pengembangan proyeknya. Sikap ini menjadi krusial bagi waralaba sebesar Avatar, yang setiap detail di balik layar dan keputusannya selalu berada di bawah sorotan jutaan penggemar di seluruh dunia.
Karakter Jake Sully pada akhirnya diperankan oleh Sam Worthington, aktor asal Australia yang saat itu belum memiliki nama besar di Hollywood. Sejak film pertama, Worthington terus melanjutkan perannya dalam waralaba ini, termasuk di sekuel Avatar: The Way of Water dan film ketiga Avatar: Fire and Ash, yang dirilis bertepatan dengan munculnya klarifikasi terbaru dari James Cameron.
Meskipun proses casting bisa saja berubah drastis jika melibatkan aktor papan atas, pilihan tersebut justru menjadi fondasi lahirnya salah satu franchise paling sukses dalam sejarah perfilman. Pemilihan Worthington turut memperkuat identitas khas Avatar sebuah film yang tidak bertumpu pada ketenaran bintang semata, melainkan menempatkan cerita serta dunia Pandora sebagai pusat daya tarik utamanya.
Cerita tentang Matt Damon dan Avatar selama bertahun-tahun telah beredar sebagai salah satu anekdot paling memikat di Hollywood. Namun, pernyataan terbaru dari James Cameron memberikan kejelasan yang lebih tegas mengenai apa yang sebenarnya terjadi di balik layar. Cameron menegaskan bahwa Damon tidak pernah menerima tawaran resmi untuk memerankan Jake Sully, sekaligus memastikan tidak pernah ada kesepakatan kontraktual maupun pembahasan pembagian keuntungan film seperti yang kerap diberitakan. Ia juga mengisyaratkan bahwa kisah yang selama ini disampaikan kemungkinan besar lahir dari interpretasi pribadi Damon yang berkembang dari percakapan awal yang bersifat informal, bukan dari negosiasi konkret.
Dengan adanya klarifikasi ini, industri film dan publik kini dapat meninjau kembali sejarah casting Avatar dengan sudut pandang yang lebih akurat dan berbasis fakta. Sementara itu, para penggemar tetap dapat menikmati perjalanan epik di dunia Pandora, tanpa lagi dibayangi oleh spekulasi lama yang akhirnya terjawab.









