Obama dan Castro Dipertemukan oleh “Madiba”

35

Kejadian tersebut langka karena dua negara itu punya pandangan ideologi berbeda. 

Banyak yang menilai, jabat tangan dua pemimpin itu mencerminkan semangat rekonsiliasi dari sang pahlawan antiapartheid, Nelson Mandela.

Obama adalah salah satu dari 90 pemimpin dunia yang menyampaikan selamat jalan kepada Mandela di Johannesburg. Ia mengulurkan tangannya, ketika dia naik ke podium, ke arah Castro, pemimpin komunis, yang menjabatnya dan tersenyum kembali.

Terkait kejadian ini, Gedung Putih menyatakan sikap itu merupakan suatu hal yang biasa-biasanya, bukan isyarat perubahan politik.

“Tak ada rencana apa-apa terkait peran presiden selain memberikan kata sambutan,” ungkap Wakil Penasehat Keamanan Nasional, Ben Rhodes kepada wartawan yang turut rombongan Obama.

Tercatat sebelumnya, pemimpin AS dan Kuba pernah bersalaman ketika mereka berada di PBB tahun 2000, saudara laki-laki pemimpin revolusi Kuba Fidel Castro, Raul, menyalami Bill Clinton, Presiden AS waktu itu.

Meski demikian, sikap Obama itu tidak mencegahnya menyampaikan sambutan dengan kata-kata tajam kepada para pemimpin, yang dia katakan, menyokong perjuangan Mandela terhadap tekanan sementara memojokkan oposisi dan mereka yang tak sepakat di dalam negerinya.

“Banyak di antara kita yang dengan senang mengikuti warisan Madiba untuk rekonsiliasi ras tetapi tetap saja menentang reformasi yang akan mengatasi kemiskinan dan ketaksetaraan yang terus meningkat,” ungkap Obama yang berbicara beberapa meter dari Castro dan wakil Presiden China li Yuanchao. Madiba adalah nama klan Mandela.

“Juga ada banyak pemimpin yang mengaku solidaritas bersama perjuangan Madiba untuk kebebasan tetapi tidak mentolerir penentangan dari rakyat mereka sendiri,” lanjut Obama menegaskan. 

Di Kuba, televisi negara melaporkan jabat tangan Obama-Castro namun tidak ada komentar. Demikian lapor Antara.

Redaksi