Mulai menerapkan pola makan sehat sebagai resolusi awal tahun, mungkin terdengar klise bagi Anda. Selain klise, Anda mungkn menilai resolusi ini kurang realistis karena makanan sehat masih identik dengan makanan hambar yang kurang menggugah selera. Mindset seperti ini sedikit-banyak turut berperan dalam kegagalan resolusi Anda.
Jika Anda tetap bisa makan enak, plus tetap sehat dan langsing, mau? Rahasianya adalah pengaturan strategi dalam menentukan komposisi makanan, waktu, dan frekuensi konsumsi.
06.00 – 12.00
Saat bangun tidur, minumlah segelas air hangat yang dibubuhi air setengah jeruk lemon. Tak perlu khawatir lambung Anda akan teriritasi karena kandungan basa dalam lemon justru akan berfungsi sebagai penyeimbang asam di lambung kita sekaligus meningkatkan kadar alkali tubuh.
Ganti sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi atau roti bersemir mentega dan selai stroberi dengan semangkuk buah bertabur granola aneka rasa atau plain yoghurt. Masih takut terkena iritasi lambung? Buah-buahan justru termasuk kategori karbohidrat sederhana yang mudah dicerna lambung.
Kelaparan menjelang pukul 10.30? Segelas jus sayuran bisa menjadi solusi. Blenderlah pok coy dan nanas beku, bubuhi sejumput daun mint. Jika jus sayuran Anda rasa masih kelewat “advanced”, ganti dengan sebutir apel atau jeruk.
12.30
Makanlah sebungkus nasi padang lengkap dengan ayam bakar, gulai cumi atau dendeng balado. Atau seporsi fettucine alfredo dengan taburan parmesan ekstra. Soto tangkar komplet dengan nasi atau nasi goreng buntut sapi goreng, kenapa tidak?
Meski di saat sarapan Anda “meminjam” pola makan food combining, strategi yang satu ini memang bukan mengacu pada pola makan atau pola diet tertentu.
Intinya, nikmatilah hidup dan lakukan eksplorasi kuliner. Kuncinya, seimbangkan asupan makanan dalam sehari dengan buah dan sayur. Bahkan akan lebih baik lagi jika buah dan sayur mendominasi konsumsi harian Anda.
Satu lagi, jangan biarkan prinsip “sesekali” alias “sekali-sekali” menjadi bumerang bagi diri Anda. Prinsip ini sekilas tampak aman namun sangat berisiko.
Jangan sampai di hari Senin Anda “sesekali” menyantap semangkuk soto betawi jeroan sapi lalu di hari Selasa menyantap nasi uduk dan empal goreng, hamburger plus kentang goreng di hari Rabu, dan seterusnya.
Tentukan setidaknya satu hari dalam seminggu sebagai no-red-meat day untuk mengistirahatkan lambung Anda. Selingi menu harian dengan pepes ikan ala sunda dan lalapan segar, sup ikan kuah asam atau ayam panggang. Jika tubuh Anda dianalogikan seperti mobil, jangan pacu kecepatannya setiap saat dengan makanan “kelas berat” setiap hari.
16.00
Segelas smoothies atau granola bar bisa menenangkan perut yang mulai bergejolak.
18.00
Santap sepiring nicoise salad atau ayam panggang dengan setup sayuran . Salmon teriyaki dengan sup miso juga bisa dipilih. Lupakan nasi. Anda bisa menikmatinya kembali saat makan siang besok.
22.00
Masih kelaparan?
Abaikan kaastengels dan nastar sisa Natal kemarin. Rebuslah sebutir telur ayam kampung hingga kuning telurnya betul-betul keras. Bubuhi sedikit garam jika suka.
Waspadai Fake Hunger
Belum dua jam sehabis “makan berat” dan sudah lapar lagi? Bisa jadi itu serangan lapar palsu (fake hunger). Mungkin Anda sebenarnya sedang merasa haus atau dalam kondisi emosi tertentu seperti sedih atau stres.
Aktivitas olahraga adalah sarana pengalih rasa lapar yang sehat dan murah sekaligus pemicu diproduksinya dopamin, serotonin, dan endorfin dalam tubuh kita. Tiga serangkai hormon ini mendatangkan rasa gembira, bahagia, dan menghilangkan rasa sakit.
Be a gourmand and stay slim (and healthy) at the same time? Yes, you can!
Source: Harpers Bazaar
Brava Listeners, terus dengarkan Brava Radio di 103.8 FM atau bisa melalui streaming di sini.
Baca juga:
5 Jenis iritasi mata dan cara pengobatannya
Wisata edukasi di Macau
Susi Susanti: Perkembangan bisnis Astec
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023