Menurut peneliti Katapedia, Deddy Rahman, situs blog mini itu dianggap lebih egaliter daripada Facebook.
“Pesan dari kicauan pemilik akun itu lebih kuat pengaruhnya. Karena sifat Twitter yang juga lebih lugas dengan keterbatasan pada 160 karakter. Beda dengan Facebook yang satu postingannya bisa panjang,” ungkap Deddy di kawasan Cikini Raya, Jakarta.
Selain itu, masih menurutnya, Twitter semakin mudah diakses oleh masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat kalangan bawah bahkan yang ada di pedesaan.
“Twitter lebih mudah diakses oleh masyarakat daripada Facebook bahkan dengan perangkat murah Rp300 ribuan sekalipun. Saya pikir juga perkembangan pengguna Twitter semakin meningkat berbeda dengan Facebook,” lanjutnya.
Oleh sebab itu, mendekati pemungutan suara Pemilu 2014, Deddy menyarankan bagi partai politik dan politisi harus lebih mendayagunakan Twitter demi kepentingan politik mereka.
“Kita tentu banyak berkaca bagaimana Twitter sebanding dengan kesuksesn politik. Lihatlah popularitas Jokowi di Twitter yang tinggi saat itu akhirnya mampu membawanya menang dalam Pilkada DKI Jakarta. Belum lagi studi kasus dari kisah sukses Alex Noerdin di Sumatera Selatan dan Soekarwo di Jawa Timur,” kata Deddy.
Memang diakuinya jika Twitter penggunanya lebih sedikit daripada Facebook. Tetapi justru Twitter efek politiknya lebih besar.
Menurut data dari Webershandwick, perusahaan public relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, setidaknya ada 65 juta pengguna Facebook aktif di Indonesia.
Sementara itu, pengguna Twitter di Indonesia, berdasarkan data PT Bakrie Telecom, tercatat 19,5 juta dari total 500 juta pengguna global. Demikian kabar dilansir dari Antara.
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023