Seiring dengan berkembangnya teknologi ke ranah digital, mau tidak mau industri musik Indonesia juga harus menyesuaikan diri. Peluang inilah yang ditangkap oleh label Musik Bagus melakukan aktivitas bisnis musik mereka melalui teknologi Digital.
Dalam The Captain bersama Ferdi Hasan dengan narasumber, Aldo Sianturi, selaku CEO dari Musik Bagus, akan membahas mengenai musik yang tentunya tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari.
Q : Sebagai pengamat musik, bagaimana Anda bisa menggambarkan perkembangan industri musik tanah air saat ini?
A : Kita sama-sama tau adanya shifting dari rilisan fisik ke bentuk digital, dari ownership sekarang ke access. Jadi semua konten yang dirilis hari ini, memang harus mencari jalur distribusinya.
Content is always the king, but the queen is always distribution. Salah satu yang paling realistis dari digital channel atau digital platform, karena banyak boundaries yang dilepas dari situ.
Dengan mendistribusikan ke digital, kita dapat mendistribusikan ke 240 negara dalam waktu yang sama, kemudian orang bisa mengakses tanpa harus menunggu toko tutup. Orang juga bisa memiliki satu discovery terhadap satu foot print yang di-create di sana.
Q : Bagaimana musisi-musisi Indonesia beradaptasi dengan kondisi yang ada?
A : Penyesuaiannya memang panjang. Pertama, bicara tentang kualitas pada akhirnya. Jadi production dari musik tersebut memang harus ada wasitnya dari awal. Kebutuhan musik atas produser, engineer, arranger, itu penting sekali. Karena pada tahun 2000-2012, hal itu dilupakan di Indonesia.
Kebanyakan perusahaan rekaman itu hanya fokus kepada penjualan RingBack Tone. Jadi orang itu tidak terbiasa lagi dengan sebuah lagu yang lengkap, namun hanya digiring kepada hook.
Q : Seperti yang telah diketahui, Musik Bagus adalah perusahaan rekaman social label. Bisa dijelaskan lebih lanjut kepada Brava Listeners?
A : Social label itu kita ciptakan karena kita melihat bahwa musisi itu akan kembali lagi kepada marketnya. Dia tidak hanya dipikirkan keartisannya saja. Jadi sejak awal, kita bertanya kepada mereka apa social movement yang mereka miliki.
Di sisi lain kita juga memiliki social movement, kita juga selalu berjalan dengan social cost yang ada. Contohnya, kita bekerja sama dengan sekolah relawan, komunitas daur bunga, jadi selalu ada yang kita kembalikan dulu ke orang-orang.
Q : Apa yang mendasari Anda dan Glenn Fredly sebagai partner untuk mengambil langkah menjalankan Musik Bagus ini?
A : Ketika kita melihat market Indonesia, bahwa banyak generasi muda Indonesia yang sebenarnya memiliki satu calling terhadap musik, tetapi tidak pernah merasakan exposure yang optimal di dalam musik. Juga, konsentrasi market sebesar 75% hanya berada di Jakarta.
Jadi, penting sekali bagi kami untuk bisa memotivasi dari Sabang sampai Merauke agar mereka bisa merasakan yang pertama adalah, apa namanya kontrak yang transparan. Kedua, apa yang mereka bisa dapatkan dengan nama-nama besar yang ada di Jakarta ini.
Mostly, musisi besar tinggal di Jakarta soalnya. Ketiga, bagaimana mereka bisa merasakan sales yang realistis dan terbuka kepada mereka. Keempat, mereka juga bisa merasakan mereka itu tidak perlu datang ke Jakarta.
Q : Melihat bisnis aplikasi musik yang cukup prospektif, baru-baru ini Musik Bagus juga membentuk platform aplikasi musik. Bisa ceritakan tentang platform musik tersebut?
A : Kami bekerjasama dengan Media Works, yaitu salah satu digital partner kita dari Indonesia, tapi berbasis di Singapore. Kita akan memiliki satu platform yang tidak hanya ke musik fokusnya, tetapi ke lifestyle juga.
Dan juga kepada saluran-saluran yang secara transparan akan masuk ke rekening para pencipta dan juga musisi. Kita bukan hanya ceremonial mengatakan bahwa kita harus transparan, tetapi kita juga membuat sistem secara digital.
Q : Bagaimanakah pengaplikasian dari platform itu? Lalu, apakah aplikasi ini bisa diakses oleh seluruh kalangan atau untuk segmen terbatas saja?
A : Pastinya ini untuk seluruh kalangan. Nantinya akan tersedia untuk iOS dan Android. Namun kami sedang memikirkan ‘interior’-nya itu apa, juga kontennya. Selain itu kita juga memikirkan bagaimana dapat terjadi komunikasi antara end-consumer yang satu dengan lainnya. Karena semua berada dalam kolam yang sama.
Brava Listeners, terus dengarkan Brava Radio di 103.8 FM atau bisa melalui streaming di sini.
[teks Adhi Satria | foto dok. Brava Radio]
Baca juga:
Mana yang lebih penting, otot besar atau kuat?
Louis Vuitton masuki pasar smartwatch
Diet sukses tanpa rasa lapar
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023