Industri fesyen kini memasuki era baru, di mana Kecerdasan Buatan (AI) mulai mengambil peran yang sebelumnya hanya diisi oleh para model manusia. Kehadiran AI mengguncang standar konvensional dunia fesyen, terutama dalam kategori fesyen kelas atas yang tak hanya menampilkan busana, tetapi juga menyampaikan cerita dan membangkitkan emosi. Namun, bisakah AI benar-benar menggantikan peran model manusia yang membawa kharisma, energi, dan individualitas yang khas?
Melansir The Fashion of India (5/11/2024), AI telah menunjukkan kemampuannya di beberapa aspek industri fesyen, seperti membantu desain, prediksi tren, dan pengoptimalan rantai pasokan. Teknologi ini terbukti mampu mempercepat proses dan meningkatkan efisiensi tanpa mengesampingkan personalisasi, sehingga membawa kemajuan bagi industri. Namun, potensi AI untuk benar-benar menggantikan model manusia masih menjadi perdebatan hangat. AI bisa menghasilkan gambar model yang sangat realistis, tetapi menyampaikan emosi dan kepribadian—elemen penting dalam modeling—masih menjadi keunggulan manusia yang sulit diimbangi teknologi.
Di dunia modeling komersial, kehadiran AI memang terasa lebih praktis, terutama dalam katalog produk dan platform e-commerce. Influencer virtual dan avatar digital berbasis AI semakin populer dan mengaburkan batas antara representasi manusia dan teknologi. Namun, model manusia tetap membawa hubungan emosional yang belum dapat digantikan oleh AI, terutama di runway, tempat mereka mengekspresikan keunikan dan karakter pribadi.
Ke depan, besar kemungkinan AI dan model manusia akan saling melengkapi. AI bisa memperluas cakrawala kreativitas dalam fesyen, memberikan peluang bagi desainer dan merek untuk bereksperimen dengan ide-ide yang mungkin tidak dapat diwujudkan secara konvensional. Namun, model manusia tetap mempertahankan posisi unik mereka dalam menyampaikan individualitas dan emosi. Kolaborasi harmonis antara manusia dan teknologi mungkin akan menciptakan wajah baru dalam industri fesyen, di mana AI memperkaya kreativitas, sementara model manusia tetap menjadi pusat kehangatan dan koneksi emosional.