BI Harap Tren Neraca Perdagangan Terus Positif

36

“Ke depan, neraca perdagangan diharapkan terus positif sejalan dengan pemulihan perekonomian global dan kenaikan harga komoditas ekspor,” ungkap Direktur Departemen Komunikasi BI, Peter Jacobs dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa. 

Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas, diketahui juga mempengaruhi surplus neraca perdagangan pada Februari 2014. Pada Januari 2014, surplus neraca perdagangan nonmigas meningkat dari 0,60 miliar dolar AS, menjadi 1,59 miliar dolar AS pada Februari 2014 akibat kontraksi pada impor nonmigas sebesar 9,1 persen (mtm), sejalan dengan pengaruh moderasi permintaan domestik.

Selain itu, ekspor nonmigas mulai membaik, diketahui penurunan tercatat hanya sebesar 0,5 persen (mtm) di bulan Februari 2014, lebih rendah dibanding penurunan pada Januari 2014 yang sebesar 11,60 (mtm).

Kontraksi impor nonmigas terutama berdasarkan komponennya, dipengaruhi pertumbuhan negatif penurunan impor pada 10 golongan barang utama impor (antara lain mesin & peralatan mekanik, mesin & peralatan listrik dan besi & baja) yakni sebesar 7,8 persen (mtm). 

Pada Februari 2014, perbaikan ekspor nonmigas terutama dipengaruhi ekspor komoditas minyak nabati dan batubara yang kembali tumbuh positif masing-masing sebesar 26,1 persen (mtm) dan 2,1 persen (mtm), sedangkan ekspor produk karet, mesin & peralatan mekanik, dan produk kimia menurun.

Pada Februari 2014, surplus neraca perdagangan juga dipengaruhi menurunnya defisit neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas turun dari 1,05 miliar dolar AS pada Januari 2014 menjadi 0,80 miliar dolar AS pada Februari 2014. 

Perkembangan ini terutama dipengaruhi ekspor migas yang tumbuh 6,34 persen (mtm) didorong kenaikan lifting minyak pada Februari 2014 yang mencapai 838 ribu barel per hari. Sementara itu impor migas turun 2,61 persen (mtm) dipengaruhi turunnya impor hasil minyak sebesar 11,56 persen (mtm) pada Februari 2014.

“Bank Indonesia juga berkeyakinan defisit transaksi berjalan pada 2014 dapat ditekan di bawah tiga persen dari PDB,” kata Peter, seperti yang dilansir Antara.

Redaksi