Coretta Kapoyos: Pernik Nusantara juga membawa misi perdamaian

371

Dalam Women on Top bersama Prita Kemal Gani dan Ferdy Hasan kedatangan tamu, sahabat ibu Prita yang akan membagikan cerita inspirational yaitu Coretta Kapoyos selaku Ketua Umum Pernik Nusantara dan istri dari mantan Kapolda Metro Jaya, Irjen Polisi Putut Eko Bayu Seno.

Q : Apa sih itu Pernik Nusantara?

A : Sekarang ini saya sedang jatuh cinta dengan pernak-pernik yang ada di Indonesia, mulai kainnya, craft-nya, perhiasannya. Jadi kami sesama pecinta pernak-pernik Indonesia berkumpul, membuat satu perkumpulan yang disebut dengan Pernik Nusantara singkatan dari Pesona Ragam Etnik Nusantara.

Q : Bagaimana membagi waktu sebagai istri dan Ketua Umum Pernik Nusantara?

A : Sebenarnya kecintaan ini awalnya karena suami saya selalu pindah-pindah tugas. Setiap daerah pasti mempunyai satu istilah khas di daerah masing-masing. Kemarin sempat jadi Kapolda Banten, saya mengangkat batik Banten.

Teman saya ada yang dari Serang, bahkan nggak tahu ada batik Banten. Akhirnya muncullah seperti ini dan kecintaan kita kepada masing-masing ciri khas daerah dan saya teruskan.

Ditengah-tengah kesibukan justru saya manfaatkan waktu saya dengan berusaha mencari apa sih yang ada di daerah ini, apa sih yang unik. Akhirnya saya kumpulkan dan menjadi koleksi tersendiri buat saya, dan saya inginnya seluruh koleksi yang ada di Indonesia itu saya punya.

Q : Anda juga dinobatkan sebagai Inspirator Kekompakan Tominahasa di Amerika Serikat. Bagaimana ceritanya?

A : Saya beberapa kali pernah mengikuti beberapa fashion show di Amerika, khususnya New York. Kadang-kadang saya diajak oleh Kementerian, kadang-kadang juga dari Indonesian Gallery.

Jadi kita bersama-sama dengan pengrajin yang lain, mengangkat pengrajin daerah yang belum tersentuh. Dalam arti, mereka itu produksinya bagus, tapi mungkin karena tidak ada biaya jadi kami berusaha merangkul mereka untuk sama-sama memberikan sesuatu untuk Indonesia. Dan kebetulan kami juga sering mengadakan misi budaya dengan beberapa perusahaan dan Kementerian.

Mungkin berawal dari situ kemudian mereka meminta saya karena saya adalah Ketua Yayasan Torang Samua Basudara. Ketika pas ada banjir bandang yang terjadi 3 tahun lalu di Manado, dari situ terbentuklah Yayasan Torang Samua Basudara.

Kenapa di Amerika, karena Tominahasa ini adalah perkumpulan Manado yang ada di Amerika. Lumayan banyak, terdiri dari beberapa komunitas.

Mereka kemudian meminta saya menjadi itu dan di era sekarang ini kan kita lihat banyak sekali ada beberapa kelompok yang berusaha memecahbelahkan kan, ada juga yang terpengaruh. Jadi penting sekali untuk kita membawa satu misi perdamaian.

Q : Sebagai Ketua Pernik Nusantara, bagaimana kerajinan di Indonesia saat ini?

A : Sebenarnya bagus sekali. Jadi para designer dan beberapa produsen juga banyak mengambil dari pengrajin langsung. Ketika kami membuat satu acara itu kita bikin pameran kecil-kecilan, beberapa pengrajin yang hasilnya bagus tapi kalau dia tidak dibawah binaan suatu badan atau lembaga itu akan sangat sulit untuk dia mempromosikan barang-barang dagangannya.

Nah ketika kita membentuk Pernik ini salah satu tujuan kita adalah kita merangkul si pengrajin kecil yang belum tersentuh tadi. Kita tidak membuat yang besar, hanya yang kecil-kecil saja tetapi kebetulan teman-teman kami juga banyak punya beberapa link yang mereka berusaha mengundang, ada ketua yayasan dari Jawa Barat, ada Women for the World, dll.

Masing-masing punya komunitas, kita ajak mereka semua untuk membeli langsung dari para pengrajin. Mereka senang karena harganya lebih murah dengan kuaitas yang bagus, pengrajinnya juga enak dia langsung dapet buyer. Jadi kita hanya sebagai penengahnya saja untuk memberi kemudahan kepada para pengrajin ini.

Q : Apakah selama ini Anda menemui tantangan?

A : Namanya kita berbuat itu pasti ada tantangannya. Tetapi kan bagaimana niat kita saja untuk memberikan yang terbaik khususnya untuk para pengrajin, buat Indonesia lah istilahnya.

Seperti kemarin kita membawa misi budaya disponsori oleh ada perusahaan, kemudian kita bawa ke salah satu tempat di Housten, di Amerika. Masalah pasti ada, macem-macem dan masalah teknis pun pasti ada.

Contoh kecil nih rombongan sudah mau berangkat visanya belum keluar karena pada waktu itu ada kasus kejadian beberapa rombongan yang ke sana tapi yang balik cuma satu, dari 20-an orang yang balik cuma 1.

Nah itu yang membuat hubungan antara Amerika-Indonesia sempat tegang. Itu kan jadi berimbas ke semuanya, orang yang ingin membawakan misi budaya jadi terhambat. Tapi ya bagaimana caranya kita dengan berapa yang keluar itulah kita buat seminimal mungkin, sisanya kita minta dari kedutaan sana untuk bantu urusin hal-hal di sana pas fashion show. Jadi ya gimana kita merangkainya Alhamdulillah jadi bagus juga, gitu.

Q : Dengan berbagai kesibukan itu, bagaimana membagi waktu dengan keluarga?

A : Kalau Sabtu dan Minggu itu saya tidak mau diganggu, itu pasti sudah untuk keluarga. Apalagi Minggu itu udah wajib untuk namanya dinner keluarga. Kalau tidak di Sabtu malam, berarti di Minggu malem. Pokoknya minggu itu wajib untuk meluangkan waktu sama keluarga.

Atau liburan anak-anak, setahun dua kali itu biasanya di bulan Juni pas liburan mereka dan bulan Desember di libur akhir tahun saya usahakan ada bersama mereka, entah kita liburan kemana.

Kalau liburan kita bersama mereka jadi kita meluangkan waktu dari segi kualitas kuantitas semua ada, kalau liburan kan dari pagi sampai pagi lagi kita sama-sama dengan mereka.

Q : Anda pernah mengatakan sebaiknya seorang wanita tidak bergantung pada pria, bisa dijelaskan bagaimana cerita dibalik ini?

A : Ya jadi suka duka istri polisi itu kan kita lihat sekarang bagaimana masyarakat selalu menyamaratakan, satu oknum berbuat salah jadi membuat nama satu polisi menjadi jelek.

Tapi ya syukur Alhamdulillah kemarin dari tiga yang paling bawah itu kepercayaan masyarakat kepada polisi sekarang berangsur naik.

Kita juga memang harus pandai dalam menyikapi, dalam arti tampilan kita juga jangan terlalu terkesan hedonis, kalau bisa berkarya sendiri usahakan kalian kedepankan karya kalian dalam arti kita tidak selamanya menjadi istri Kapolda, istri Kapolres, atau apa gitu kan dan kita tidak akan pernah tahu satu menit kedepan kita keluar dari sini apa yang akan terjadi.

Jadi saya pernah bilang, sekecil apapun kalau kalian punya keterampilan, kalau kalian punya kemampuan itu dikembangkan.

Q : Adakah pesan khusus untuk ibu-ibu di Indonesia?

A : Ya buat ibu-ibu semuanya, tadi ditanya oleh ibu Prita kenapa jangan terlalu bergantung dengan suami.

Tadi kan saya sudah cerita banyak berupaya untuk menampilkan kelebihan kita, bagaimana menampilakan kemampuan kita di bidang apa pun itu dalam arti banyak sekali kasus yang terjadi, terutama kasus kekerasan terhadap perempuan itu terjadi karena si perempuan ini terlalu bergantung pada suami, tidak punya penghasilan, tidak punya apa-apa jadi sangat takut dengan suami.

Ya itu tadi, kalau dia punya penghasilan sendiri juga mungkin dia bisa bertahan lah dalam tanda kutip. Jadi kekerasan pada perempuan yang sering terjadi itu salah satunya karena itu yang kami lihat dari kasus yang ada.

Tapi bukan berarti ‘saya harus punya penghasilan yang cukup ya, saya harus kerja, saya harus ini harus itu’ terus kemudian ada beberapa yang dia gajinya lebih dari suami terus merasa ‘ah gaji suami saya kan kecil’, itu tidak boleh juga, itu durhaka.

Jangan sampai karena apa pun itu suami adalah pemimpin. Kita juga harus menghargai suami, walaupun kadang ada juga yang merasa gajinya lebih besar. Itu tidak boleh dan sering saya bilang ke teman-teman, ibu-ibu ke semuanya, kita tidak boleh seperti itu.

Dalam arti kalau punya kelebihan terus kita mau belanja mau beli ini itu boleh silahkan, tapi kemudian jangan selalu belanja seperti itu. Itulah yang banyak terjadi ya.

Syukurlah ketika saya punya brand Coreta Bag ini, awalnya dari kalau ada pisah sambut itu saya kasih tas-tas gift lah gitu. Suatu ketika saya kasih untuk para istri duta besar, salah satunya tertarik sekali, mereka kan sangat menghargai sekali kalau itu handmade dari kita.

Mereka sangat tertarik dan bertanya ‘saya bisa beli dimana?’, dari situ terpikirlah untuk membuat brand ini. Begitu ada brand ini, sekarang lihat tas apa pun, merk apa pun, itu udah ‘i have my own brand’.

 

[teks Ghesilia Gianty, Brava Listeners dari Universitas Multimedia Nusantara / foto dok. @bravaradio]

Baca juga:
Shanti Rosa Persada: Love Pink ada untuk kita semua
Pekan Italian Affair dari Hilton Jakarta
Rick Owens akan gelar pameran retrospektif

Redaksi