Dalam program Woman On Top, Prita Kemal Gani bersama Ferdy Hasan berbincang-bincang dengan seorang wanita yang sangat luar biasa kesibukannya, namun luar biasa pula dedikasinya untuk banyak orang, terutama orang sakit. Dia adalah Fathema Djan Rachmat selaku Direktur Utama RS Pelni.
Q: Bagaimana turning point profesi dari seorang ahli bedah jantung sehingga memutuskan untuk mengurus manajemen rumah sakit?
A: Ini merupakan sebuah panggilan. Jadi saya diminta untuk mengurus atau me-manage satu instansi. Mulanya, terlebih dahulu mengurus unit di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo. Kemudian saya juga membangun cardiac center pertama di RSCM.
Jadi dulu kita cuma punya satu center, di rumah sakit Harapan Kita. Saya iri dengan Malaysia, saya iri dengan negara-negara tetangga yang memiliki banyak sekali center.
Akhirnya pulang dari sekolah dulu, saya memulai satu center dan berkembang sampai sekarang, hingga akhirnya saya terjun untuk mengurus manajemen rumah sakit.
Q: Sudah seberapa jauh sih perkembangan rumah sakit di Indonesia?
A: Perkembangan Rumah Sakit di Indonesia besar sekali. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebelum adanya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) jumlah RS di Indonesia sekitar 1800 tapi dalam waktu 3 tahun terakhir ini meningkat menjadi 2700.
Artinya kalau melihat dari kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan akses pelayanan ini merupakan peningkatan, aksesnya terbuka lebar. Kalau melihat dari segi bisnis bisa dibilang industri health care sedang berkembang.
Q: Tantangan rumah sakit di Indonesia saat ini apa saja?
A: Yang menjadi tantangan bagi rumah sakit, bagaimana dengan tarif JKN tapi mampu memberikan layanan yang terbaik. Sehingga satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh rumah sakit adalah dengan cara memperbaiki proses yang ada di rumah sakit tersebut supaya bisa melakukan low cost operational.
Q: Dengan menerima 80% pasien BPJS, bagaimana Anda bisa me-manage hal tersebut sehingga rumah sakit Pelni masih profitable?
A: Di dalam rumah sakit, ternyata 60% proses pelayanan dan operasional merupakan aktivitas yang tidak memiliki nilai langsung kepada pasien. Jadi aktivitasnya berbiaya, tapi tidak memberikan manfaat.
Rumah sakit dengan sistem manajemen yang baik dapat mengorganisir, sehingga aktivitas tersebut ditemukan, diidentifikasi dan kemudian dieliminasi.
Sehingga jika aktivitas tersebut dihilangkan, bisa menyumbangkan 40% constructor untuk rumah sakit. Rumah sakit yang melakukan continous improvement bisa terus melakukan efisiensi.
Q: Menurut Anda, woman on top itu seperti apa?
A: Seorang pemimpin harus menjadi role model bagi orang lain, terus berinovasi dan memastikan semua ide-ide itu terjadi. Dengan hal-hal tersebut maka pemimpin akan bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi orang lain.
Brava Listeners, terus dengarkan Brava Radio melalui streaming di sini atau download melalui iOS dan Google Play Store.
[teks Angelita Christy, Brava Listeners dari Universitas Multimedia Nusantara | foto dok. Brava Radio]
Baca juga:
Indonesia menjadi salah satu target virus komputer dunia
Inovasi terbaru dari Barry Calebaut
Omega Seamaster Aqua Terra edisi 2017
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023