Pemerintahan Jokowi-JK pada awal tahun ini telah meresmikan Badan Ekonomi Kreatif untuk fokus dalam pengembangan industri kreatif. Dan Triawan Munaf dipilih sebagai Kepalanya.
Sejauh mana Badan Ekonomi Kreatif hingga kini dan tantangan apa yang harus diatasi? Berikut penjelasan Triawan Munaf melalui program The Captain 103.8 FM Brava Radio yang dipandu Ferdy Hasan, pada Kamis [22/10] lalu.
Badan Ekonomi Kreatif [Bekraf]
“Hampir semua yang Anda lihat di sekeliling kita, harus dikembangkan oleh kami. Setidaknya ada 16 subsektor yang harus kami kembangkan.
“Kalau dianalogikan sebagai sebuah produk, Bekraf sudah diumumkan tetapi produknya belum ada, harganya belum tahu, tapi namanya sudah. Sehingga orang yang begitu dengar namanya ‘pada ngantri di depan toko‘, ingin segera tahu sudah sampai mana tugasnya. Berarti apa, harapan mereka terhadap ekonomi kreatif dan badan yang mengurusinya sangat tinggi.
“Saya setiap hari bertemu dengan stake holder [pelaku industri kreatif], selain dari individu ada juga dari asosiasi. Kira-kira sudah lebih dari 220 kali meeting. Saya ajak bicara semua supaya tahu banget suasana hati, kondisi mereka, tantangan-tantangan mereka, regulasi-regulasi yang menurut mereka menghambat. Dan itu cukup memberikan mereka ketenangan.”
Tantangan
“Tantangannya ada di regulasi lama. Mereka sudah maju dengan teknologi digital tapi peraturan belum sesuai dan sejalan. Jadi gap itu adalah tugas awal kami. Sehingga harus banyak sekali pertemuan-pertemuan dengan kementerian lain, lembaga lain, untuk bisa sinergi dan siap ‘berlayar’ dalam dunia digital ini.”
Hal terpenting
“Saya selalu bicara dengan mereka yang sudah maju; Korea, Prancis, Amerika, China juga, dan mereka selalu mengatakan, ‘Sabar, kami tahu hambatannya banyak sekali dalam memajukan ekonomi kreatif’, ‘Kami butuh 13 tahun untuk seperti ini’, kata orang film dari Korea. ‘Bangun fondasi, jangan maju tanpa fondasi yang kuat, nanti akhirnya seperti komestik saja.’
“Karenanya untuk saya pribadi, lebih baik betul-betul memperkuat landasan, untuk nanti yang meneruskannya punya landasan yang kokoh.”
Dari ke-16 subsektor mana yang paling prioritas
“Ada 2 mashab dalam melihat ini. Yang satu melihat apa yang sudah besar sekarang itulah yang didorong lebih besar lagi. Seperti kuliner, fashion, kerajinan, itu kan sudah besar-besar kontribusinya kepada PDB, dan memang selalu pesat tumbuhnya tanpa ada Badan Ekonomi Kreatif pun.
“Tapi ada juga mashab lain yang melihat, justru biarkan mereka tumbuh dengan sendirinya, tentu dengan perhatian juga dari kami, tapi konsentrasi pada hal-hal yang masih under develope, seperti film, musik, dan digital. Kalau mereka dapat perhatian dan tumbuh semakin pesat seperti Korea, yang anggaran film Korea itu sudah sebesar anggaran belanja negara kita, film bisa menjadi lokomotif subsektor lain. Di film bisa masuk, fashion, musik, kuliner, dll.”
Itu dia Brava Listners ringkasan cerita di obrolan seru The Captain yang berakhir pada jam 10 pagi. Semoga industri kreatif yang masih berkembang dan terus melaju ini, semakin bersinar dan mendapat tempat tertinggi di setiap penduduk negeri.
Obrolan seru Ferdy dan Kepala Bekraf Triawan Munaf diakhiri dengan arti bisnis dalam 3 kata, jawabnya “jujur, kerja keras, dan inovatif”. [teks @bartno | foto Amanda]
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023