Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan, terutama AI generatif, menciptakan tantangan baru di lingkungan kerja. Meski banyak yang menyambutnya positif, tidak sedikit pekerja di Indonesia yang merasa khawatir atas dampak yang bisa ditimbulkan AI, termasuk ketergantungan berlebihan dan potensi menghilangkan peran manusia di beberapa bidang pekerjaan.
Kemajuan kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa tahun terakhir, terutama AI generatif, telah mengubah cara kerja di berbagai industri. Dalam survei JobStreet bertajuk “Decoding Global Talent 2024: GenAI Edition,” terungkap bahwa pekerja di Indonesia semakin mengandalkan AI untuk berbagai tugas, meski hal ini memicu kekhawatiran terhadap dampaknya.
Sawitri, Country Head Marketing JobStreet Indonesia, mengungkapkan bahwa penggunaan AI yang berlebihan bisa membuat pekerja malas dan mengurangi kreativitas. “Kalau semua ide dari AI, lama-lama kita bisa kehilangan kemampuan berpikir mandiri,” ujarnya dalam acara peluncuran laporan di Jakarta, Selasa (29/10).
Survei yang melibatkan 19.154 responden dari berbagai sektor menunjukkan bahwa 10 persen responden Indonesia menggunakan hasil AI secara langsung tanpa koreksi. Sebanyak 49 persen meninjau ulang hasil AI sebelum digunakan, sementara hanya 28 persen menggunakan AI sebagai referensi awal sebelum menyelesaikan pekerjaan secara mandiri.
“Kepercayaan dan ketergantungan yang tinggi terhadap GenAI di kalangan pekerja Indonesia terlihat dari cara mereka memanfaatkan AI dalam pekerjaan mereka,” tulis JobStreet. Sektor teknologi seperti data science, IT, dan digital paling banyak memanfaatkan AI, dengan 78 persen responden menyatakan bahwa AI mengubah aspek pekerjaan mereka. Sekitar 40 persen bahkan memperkirakan AI bisa menghilangkan atau mengubah peran mereka di masa depan.
Kekhawatiran paling besar terlihat pada profesional yang bekerja di bidang digitalisasi, ilmu data, dan AI, dengan 47 persen responden memprediksi adanya perubahan signifikan pada peran mereka akibat perkembangan AI generatif ini.