Kiat Berbisnis Taxi Udara dari Managing Director PremiAir, Tony D Hadi

379

Pepatah time is money sepertinya sudah tidak relevan lagi di dunia yang melaju begitu cepat ini. Kini time is more than money.

Berpindah dari suatu tempat ke tempat lain melalui jalur darat nampaknya bukan lagi pilihan favorit para pebisnis. Melihat tingginya tingkat kemacetan di kota-kota besar, apalagi Jakarta.

Karena itulah, pilihan baru transportasi hadir, yakni taxi udara atau bisa disebut juga carter pesawat atau helikopter.

Salah satu pelaku di bidang ini adalah PremiAir, yang memiliki 10 pesawat fix wing dan 4 rotary wing. Bagaimana kiat bisnis PremiAir sehingga tetap dipercaya konsumennya. Berikut ringkasan wawancara Ferdy Hasan dengan Managing Director PremiAir, Tony D Hadi dalam program The Captain 103.8 FM Brava Radio, yang disiarkan setiap Kamis, pukul 9 pagi hingga 10 pagi WIB.

PremiAir
“Apa yang kita sediakan itu sebenarnya mempermudah konsumen. Kita bilangnya one stop solutions. Kita mengelola, menyewakan, mengadakan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan supporting penerbangan.”

Bagaimana melakukan penentuan harga
“Kita harus melihat dulu radius apa yang mau kita searching. Dan di situ nanti ketahuan, per jam, per menit, per 2 jam atau berapa? Dari situ kita melakukan komposisi harga yang bisa diterima masyarakat.”

Seperti apa bisnis aviasi ini
“Bisnis ini challenging-nya banyak sekali. It’s not the money only, Anda harus punya SDM yang benar-benar mengerti, men-support, dan memahami bisnis ini. Karena bisnis ini risikonya sangat tinggi sekali. One mistake, one accident ‘that’s it’s!'”

Bagaimana menerapkan standar keselamatan di PremiAir
“Perusahaan kami itu sudah terkenal dengan safety culture. Dan kita ada safety monitoring yang kita sebut safety management systems, dari hal yang paling kecil sampai yang paling besar. Kejadian apapun di perusahaan kami itu ter-record. Dan kita menerapkan zero accident, dan bila terjadi something wrong, kita belajar dari kesalahan supaya jangan terulang lagi di kemudian hari.”

“Yang perlu diketahui juga adalah tidak semua helipad bisa didarati helikopter yang kita miliki. Karena bobot setiap helikopter berbeda-beda. Semua itu harus dikalkulasi dan dihitung secara cermat. Karena kita tidak bisa seenaknya juga ada helipad langsung turun. Kecuali di lapangan bola yang nggak ada batasannya.”

“Salah satu kebanggaan kami adalah, kami punya hanggar sendiri seluas 8000 meter persegi, untuk perawatan setiap armada kami.”

Hambatan
“Saya mohon sekali ke Pemerintah, karena bisnis ini 24 jam dan jaman telah berubah. 15 tahun terakhir, helikopter sudah di-equip seperti yang ada di fix wing, yakni, mampu terbang malam, mampu terbang di cuaca buruk, dan mampu untuk mengidentifikasi hal-hal yang terlihat dalam radar. Tapi sayangnya regulasi belum berubah. Helikopter masih dilarang untuk terbang setelah sunset. Kita mengharapkan ada pencerahan dari Departemen Perhubungan supaya market helikopter service ini bisa meningkat. Karena itu yang ditunggu-tunggu semua operator. Jadi bisa sunrise ke sunrise lagi.”

[teks @bartno | foto flypremiair.com]

Redaksi