Kepala Peneliti Toyota, Gill Pratt menerangkan hasil penelitiannya yang menjelaskan bahwa ketergantungan mobil listrik bisa berdampak buruk bagi bumi.
Menurut Pratt, jika bergantung pada mobil listrik berbasis baterai saja, tanpa memperhatikan teknologi lain seperti hybrid atau hidrogen, justru bisa berdampak lebih buruk untuk lingkungan.
Dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) Davos, Pratt mengungkapkan mobil listrik memang tidak menghasilkan emisi gas buang, tapi sangat tergantung pada ketersediaan litium, mineral yang banyak digunakan untuk produksi paket baterai.
Pratt kemduian menjelaska ketersediaan litium sebagai bahan baku untuk baterai mobil juga berpotensi defisit pada 2040. Ini bisa berpontensi buruk bagi lingkungan.
“Litium tidak akan cukup dan alasannya adalah tambang membutuhkan waktu 10-15 tahun untuk didirikan, dan pabrik baterai hanya dua hingga tiga tahun. Akan ada krisis pasokan (litium) yang sangat besar,” ungkap dia.
Ketika permintaan mobil listrik meningkat maka yang terus diantisipasi ialah kurangnya titik pengisian ulang baterai. Menurut dia di beberapa negara infrastruktur pengisian baterai kurang ramah dan tidak semua orang bisa dengan mudah mengakses jaringan pengisian daya.
Baca Juga: Anggota NATO Kritik Sikap Swedia yang Izinkan Pembakaran Al Quran
Meski begitu, bukan berarti Toyota sepenuhnya menentang mobil listrik. Pratt beranggapan pabrikan asal Jepang ini memilih pendekatan multi platform soal elektrifikasi kendaraan.
Lebih lanjut, Pratt teknologi kendaraan listrik lain seperti hybrid dan plug-in hybrid menggunakan lebih sedikit litium daripada mobil listrik berbasis baterai murni.
Bagaimana tanggapa Anda soal ketergantungan mobil listrik di masa yang akan mendatang Brava Listeners?
- 5 Makanan Ini Perlu Dihindari Setelah Workout - Oct 23, 2023
- Ini Dia 5 Selebritas yang Tidak Mau Wariskan Harta ke Anaknya - Oct 20, 2023
- 3 Manfaat Mendengarkan Musik Jazz untuk Kesehatan Tubuh - Oct 19, 2023