Saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (17/10/2013), Tjut mengatakan bahwa metode ini sudah dilakukan sejak lama. Dia melanjutkan bahwa terapi bisa dilakukan dengan menggunakan musik yang memiliki frekuensi tertentu pada masing-masing individu. Jadi, menurutnya, pada masing-masing orang akan berbeda musiknya.
Tjut juga menyebutkan, akan ada sesi tanya jawab antara pasien dengan musik terapis untuk mengetahui personaliti, kebiasaan serta kondisi lingkungan pasien. Yang jelas, lanjutnya, musik yang diperdengarkan akan sesuai dengan kebiasaan mereka, para pasien.
Lebih lanjut dia menerangkan bahwa musik yang bisa dijadikan untuk terapi cenderung memiliki frekuensi yang normal, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Sehingga membuat pasien merasa relaks. Jika sudah tenang, maka proses penyembuhan bisa cepat dilakukan, katanya.
Selain itu terdapat dua jenis terapi yang dilakukan yakni aktif dan pasif. Terapi aktif yakni, melibatkan pasien dalam memilih bahkan membuat dan mengaransemen lagu. Jika pasif maka pasien lebih mendengarkan lagu saja, katanya.
Tjut juga menegaskan bahwa, tidak sembarang musik bisa dijadikan sebagai musik terapi. Poin utama yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan ahli sehingga bisa menemukan musik yang sesuai untuk penyembuhan. Demikian kabar yang dilansir dari Antaranews.com.
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023