Pemerintah Tunjuk Pertamina Jadi Lead Pembangunan Kilang Baru

64
Depo Plumpang 2

Pemerintah menunjuk Pertamina sebagai lead untuk proyek-proyek kilang baru yang akan dibangun pemerintah dengan menggandeng mitra swasta, dengan skema public private partnership (PPP).

Direktur Pengolahan Pertamina Rahmad Hardadi, mengungkapkan,  Indonesia akan alami defisit BBM yang sangat tinggi apabila tidak ada penambahan kapasitas pengolahan minyak di dalam negeri. Menurut dia, selain penambahan kapasitas melalui program Refining Development Master Plan (RDMP), Indonesia memerlukan 2-3 kilang baru untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam 10 tahun ke depan.

Rahmad mengatakan bahwa dalam 10 tahun ke depan Pertamina memproyeksikan permintaan Premium menembus 77 juta KL, sedangkan Solar 54 juta KL. Pertamina akan berupaya menutup gap permintaan dan kapasitas produksi yang ada sekarang melalui beberapa program, seperti RDMP, RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) dan PLBC (Proyek Langit Biru Cilacap). Akan tetapi, program-program itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan 10 tahun mendatang sehingga harus ada pembangunan kilang baru 2-3 kilang. Pertamina sudah diminta pemerintah menjadi lead untuk proyek grassroot refinery (GRR).

“Untuk proyek GRR diprioritaskan untuk lokasi-lokasi yang sudah tersedia lahan dan infrastruktur pendukung sehingga mempercepat pengerjaan proyek sekaligus menghemat investasi. Bontang menjadi salah satu contoh lokasi yang sudah siap untuk menjadi lokasi proyek,” ungkapnya.

Lahan di Bontang sudah tersedia, infrastruktur pendukung pun juga sudah siap. Sehingga tidak perlu melakukan dari nol lagi. Oleh karena itu proyek akan lebih cepat.

“Kalau kilang di bangun di Bontang, mungkin kebutuhan dana investasinya sekitar US$ 10 miliar dan proyek dapat selesai dalam jangka waktu 3 tahun,” katanya.  [teks @shintaasarass | foto esdm.go.id]

Redaksi