Richemont, konglomerat barang mewah asal Swiss yang menaungi merek-merek ikonik seperti Cartier dan Van Cleef & Arpels, baru saja mengumumkan hasil penjualan kuartal keempat fiskal yang melampaui ekspektasi. Ini menjadi bukti bahwa para high-spender alias pembelanja terkaya dunia tetap setia pada kemewahan, bahkan di tengah gejolak ekonomi makro global. Pendapatan Richemont melonjak 7% secara year-on-year pada nilai tukar konstan, mencapai 5,17 miliar euro ($5,79 miliar) dalam tiga bulan hingga akhir Maret. Angka ini jauh melampaui perkiraan analis LSEG yang memprediksi 4,98 miliar euro.
Menyusul pengumuman ini, saham Richemont ditutup naik 6,9% dan diperdagangkan di puncak Stoxx 600. Perhiasan Gemilang, Jam Tangan Melambat Peningkatan penjualan yang signifikan pada kuartal keempat didorong oleh pertumbuhan dua digit di divisi Jewellery Maisons Richemont. Divisi ini menaungi nama-nama besar seperti Cartier, Van Cleef & Arpels, dan Buccellati, yang terus menunjukkan performa luar biasa. Namun, tidak semua segmen mengalami pertumbuhan. Penjualan justru menurun di segmen pembuat jam tangan spesialis, yang mencakup merek-merek seperti Piaget dan Roger Dubuis. Penurunan ini terutama disebabkan oleh pelemahan di kawasan Asia-Pasifik. Secara keseluruhan, penjualan Richemont untuk satu tahun penuh naik 4% menjadi 21,4 miliar euro, sedikit di atas ekspektasi analis sebesar 21,34 miliar euro.
Penjualan tahunan meningkat di semua kawasan, kecuali Asia Pasifik (di luar Jepang), yang merupakan pasar terbesar perusahaan. Penurunan di kawasan ini dipimpin oleh penurunan 23% di Tiongkok. Sebaliknya, Jepang memimpin pertumbuhan penjualan tahunan, melonjak 25% pada nilai tukar aktual, berkat “pengeluaran domestik dan turis yang kuat” serta pelemahan Yen Jepang. Fleksibilitas di Tengah Badai Global “Kinerja Grup secara keseluruhan kuat, didorong oleh pertumbuhan yang luar biasa di Jewellery Maisons dan ritel kami, serta peningkatan momentum pada aktivitas ‘Lainnya’ kami,” ujar Ketua Richemont, Johann Rupert, dalam sebuah pernyataan. Segmen “Lainnya” yang dimaksud termasuk pengecer jam tangan bekas Watchfinder & Co. Namun, Rupert juga mengingatkan bahwa ketidakpastian global yang masih berlanjut akan terus menuntut “ketangkasan dan disiplin yang kuat.” BofA Global Research sebelumnya telah menyoroti tiga tantangan utama yang dihadapi Richemont: harga emas, tarif AS, dan fluktuasi nilai tukar mata uang asing akibat penguatan Franc Swiss dan pelemahan dolar AS.
Meskipun demikian, analis bank tersebut optimistis bahwa kekuatan penetapan harga Richemont dapat menjadi penangkal yang efektif. “Kami pikir harga akan menutupi setengah dari hambatan tersebut,” tulis mereka. “Penetapan harga, campuran produk, dan pemanfaatan kapasitas yang lebih tinggi adalah penyeimbang yang paling jelas.” Sebelumnya, pada bulan Januari, Richemont telah melaporkan angka penjualan kuartalan “tertinggi yang pernah ada” sebesar 6,2 miliar euro, bahkan saat permintaan dari Tiongkok mulai menunjukkan peningkatan. Saat itu, keuntungan ini dianggap sebagai sinyal pemulihan yang lebih luas di sektor barang mewah yang sempat tertekan. Namun, bayangan tarif perdagangan AS dan ketidakpastian ekonomi makro berikutnya terus mengancam kepercayaan konsumen dan pengeluaran diskresioner secara global.
- 60 Tahun Warisan: Seiko Hadirkan Kembali Jam Tangan Penyelam Ikonik dengan Sentuhan ‘Shinkai’ - Jun 9, 2025
- JAC dan Huawei Perkenalkan BEV Maextro S800 di Market China - Jun 5, 2025
- Intip Seven Seas Prestige: Curi Perhatian dengan Kapal Terbarunya, Direncanakan Berlayar Pada Akhir Tahun 2026 - Jun 4, 2025