Rahasia bisnis Galeries Lafayette

249

Department store premium Galeries Lafayette asal Prancis, telah membuka cabangnya di Jakarta, yakni di Pacific Place, SCBD, pada Juni 2013. Ini merupakan gerai pertamanya di Asia Tenggara.

Selama lebih dari dua tahun keberadaannya di tanah air, konsumen Galeries Lafayette di sini tidak hanya berasal dari domestik, tetapi juga dari luar negeri, seperti Jepang, Singapura, dan Amerika.

Apa konsep bisnis yang diterapkan departement store premium ini? Ini jawabannya yang diungkap Fika Rosemary dalam bincang The Captain: Woman On Top bersama Chief Operating Officer Galeries Lafayette, Herlina Widjaja.

Apa yang Galeries Lafayette bawa?
“Karena Galeries Lafayette dari Perancis center of fashion, kita ingin memberikan something different, kita membawa brand-brand Perancis yang belum terlalu banyak di Jakarta, dan kita selalu menjadi tuan rumah fashion yang selalu in.”

Apa kiat Galeries Lafayette untuk menggaet konsumen?
“Kita selalu mencari brand-brand baru yang belum diketahui lokal market. Biasanya kita searching ke negara-negara seperti Brazil dan Perancis. Juga dengan upcoming desainer dalam negeri.

“Untuk itu kita bekerjasama dengan fashion lab. Kita men-showcase-kan local desainer. Antara 10-12 kita men-showcase-kan mereka selama satu setengah bulan. Yang penjualannya bagus kita jadikan tenant yang tetap. Ada beberapa yang saya cukup bangga. Seperti, Major Minor, Peggy Hartanto, Tex Saverio, juga ada yang senior seperti Biyan, yang mengeluarkan koleksinya hanya untuk Galeries Lafayette.”

“Selain itu kita harus bisa prediksi atau melihat jauh apa yang orang inginkan. Mereka maunya apa, kira-kira sepatu seperti apa, dan bahkan sampai baju. Dan yang sekarang lagi trend adalah sneaker. Semua brand sekarang punya sneaker. Ibu-ibu yang dulunya pakai high heels sekarang mau pakai sneaker. Dan Galeries Lafayette akan lebih melengkapi sneaker-sneaker tersebut di 2016.”

“Saya juga menganggap Galeries Lafayette seperti butik yang besar, karenanya service kita harus premium. Jadi salah satu yang kita punya adalah Fashion Adviser [FA]. Istilahnya seperti personal stylish. Kita punya 4 orang FA. Mereka pasti bisa memberikan advice apa yang bisa dipakai untuk ke pesta, arisan, atau meeting yang besar.”

Perbedaan Galeries Lafayette di Paris dan Jakarta?
“Itu yang agak unik. Kita memang punya DNA-nya Galeries Lafayette Paris. Cuma untuk di sini harus di-mix dengan lokal market. Jadi nggak bisa kita taruh barang itu totally 100 persen gaya Perancis. Karenanya kita balance lah, brand dari Perancis, brand dari negeri lain, dan lokal. Jadi ini adalah mix beberapa brand yang saya lihat masuk ke market kita.”

Gaya kepemimpinan yang diterapkan?
“Saya mencoba lebih open. Tim saya ajak berdiskusi dan brand storming, juga membimbing kalau mereka salah.”

Bisnis dalam 3 kata?
“Passion, vision, and determination.”

[foto: bisniswisata.co.id]

Redaksi