Penelitian ini mengungkapkan adanya kaitan antara polusi udara dan risiko serangan jantung. Para ahli menekankan risiko terhadap individu masih relatif kecil. Meski demikian, menyikapi hasil studi ini, Uni Eropa kemudian meningkatkan target untuk mencapai udara bersih.
Terkait hasil penelitian itu, sejumlah argumen menyebutkan data tersebut tidak menyakinkan karena mereka tidak menghitung paparan pencemaran ke tingkat yang lebih tinggi. Salah satu faktor, seperti merokok dan memiliki tekanan darah tinggi, memberikan kontribusi lebih banyak kepada risiko serangan jantung seseorang dibandingkan asap kendaraan dan industri.
Akan tetapi, penelitian bersama yang dilakukan oleh institut dan universitas di Eropa ini mengungkapkan bahwa paparan pencemaran udara dalam jangka panjang dan berulang punya risiko tinggi, terutama bagi mereka yang tinggal di dekat jalan sibuk di sebuah kota.
Polusi dan penyakit pernapasan
Studi BMJ tersebut, lebih jauh menemukan bahwa peningkatan 13 persen kadar partikel sangat halus berukuran 2,5 mikro meter (PM 2,5) cenderung meningkatkan kejadian serangan jantung, setelah dihitung dengan faktor risiko lainnya seperti merokok. Peningkatan kadar partikel yang lebih besar PM 10 juga berkaitan dengan risiko serangan jantung.
Aturan Uni Eropa yang baru menetapkan batas polusi udara PM 2,5 dua kali lipat dari ambang batas udara yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO.
Para peneliti mengatakan, hasil studi tersebut seharusnya menjadi rujukan Uni Eropa untuk menurunkan ambang batas partikel polusi udara.
Hal ini berdasarkan fakta yang terjadi di Inggris, diperkirakan hampir 30.000 orang meninggal lebih cepat setiap tahun akibat paparan polusi udara, yang dikaitkan dengan asma dan penyakit paru-paru lain, termasuk kanker dan juga sakit jantung. Demikian kabar yang dilansir BBC Indonesia.
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023