The Captain: Cerita sukses Air Asia jadi yang terbaik sedunia

291

Belum lama ini AirAsia dianugerahi penghargaan oleh Skytrax sebagai Maskapai Penerbangan Tarif Rendah Terbaik di Dunia untuk tahun 2015. Ini adalah penghargaan yang keenam kalinya secara beruntun. Dan untuk Asia, AirAsia meraihnya untuk ketujuh kalinya berurutan.

Apa rahasia sukses AirAsia ini, berikut bincang-bincang Ferdy Hasan bersama CEO Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko dalam program The Captain di pekan awal Agustus kemarin, yang hadir setiap Kamis pukul 9 hingga 10 pagi.

Mengenai penghargaan yang baru saja diterima?
“Ini sesuatu yang di luar perkiraan kita. Sulit untuk menggambarkan kita masih dipercaya oleh pelanggan untuk menerima award ini, setelah kecelakaan yang terjadi Desember lalu pada pesawat QZ8501. Ini merupakan bukti bahwa 19 juta penumpang pesawat dari 160 negara masih mengunggulkan kami AirAsia sebagai penerbangan low-cost carrier terbaik sedunia.”

Update terbaru mengenai tragedi ini [28 Desember 2014 QZ8501 jatuh di laut Jawa dalam rute Surabaya – Singapura. Diperkirakan semua penumpang dan kru dengan total 162 tak ada yang selamat]?
“Kejadian ini merupakan mimpi buruk bagi seluruh grup. AirAsia Indonesia 10 tahun beroperasi tanpa insiden apapun, secara grup sudah 14 tahun beroperasi juga tidak ada kejadian yang bersifat fatal. Kita tidak tahu apa yang terjadi dan ini masih dalam penyelidikan KNKP [Komite Nasional Keselamatan Penerbangan]. Tapi ada satu hal yang menjadi respon kita. Baik di Indonesia maupun secara grup. Kita harus memperhatikan keluarga dari penumpang kami, karena kita berhutang, karena kita semestinya membawa penumpang kami berlibur ke Singapura. Tetapi ternyata kami mendapatkan musibah. Padahal semestinya kami menyenangkan pelanggan kami. Itu yang tergambar di kami dari hari pertama hingga saat ini.

“Sampai saat ini terus terang untuk penumpang kami yang belum terindentifikasi harus mendapatkan akte kematian. Kalau menurut undang-undang di Kementerian Dalam Negeri harus mendapatkan keputusan pengadilan dulu. Dapat dibayangkan apabila penumpang kami yang berasal dari berbagai daerah harus mengalami proses pengadilan, tentu saja akan memakan waktu lama. Mereka sangat berharap AirAsia dapat membantu mereka secara kolektif agar akte kematian tersebut bisa dikeluarkan. Jalan yang kami tempuh adalah bersama-sama Kementerian Perhubungan dengan menggunakan undang-undang Perhubungan. Berdasarkan undang-undang itu apabila ada penumpang yang tidak sampai ke tujuan, 3 bulan setelah perjalanan karena kecelakaan, dinyatakan meninggal, tanpa harus keputusan pengadilan. Itu yang kami jalani. Alhamdulillah awal minggu kemarin kami sudah mendapatkan fatwa dari MA, bahwa Kemendagri dapat menerbitkan akte kematian tanpa melalui pengadilan.”

Saat terjadi tragedi itu, hal apa yang dilakukan?
“Kami dari AirAsia memberikan informasi secara transparan, tidak ada yang ditutupi, baik kepada keluarga, pemerintah, investigator, siapa pun yang bergerak membantu untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Dan kemudian informasi yang diberikan ke pihak keluarga adalah informasi yang akurat. Juga, informasi kita berikan secara berkala. Kita berikan satu hari 2 kali, siang dan sore kepada wartawan dan keluarga. Jadi informasi diberikan secara teratur dan akurat. Yang juga lebih penting adalah kontribusi dari seluruh pihak.”

Redaksi