Didirikan sejak bulan Februari tahun 2007, dapat dikatakan Pertagas masih belia secara usia. Namun menjadi bagian dari Pertamina yang memiliki pengalaman dalam bisnis minyak dan gas, tentu Pertagas memiliki peran tersendiri. Terkait hal itu, menurut Hendra, “cikal bakal Pertagas sudah ada sejak awal pemerintah ingin mengeksplorasi gas untuk mengembangkan industri-industri di Indonesia.”
Hendra mengambil contoh, yaitu pabrik pupuk yang memerlukan gas sebagai salah satu bahan baku utama. Selain itu, pabrik baja juga memerlukan gas untuk mengoperasikan alat-alat produksinya. Menurutnya, seluruh pabrik pupuk dan baja yang terkenal di Indonesia mendapatkan pasokan dari Pertamina. “Jadi sebetulnya, Pertamina sudah sejak akhir tahun 70-an mengembangkan pernggunaan gas untuk kepentingan nasional diantaranya untuk kepentingan industri dan pangan,” jelasnya.
Pertagas sendiri, menurutnya, dikembangkan oleh Pertamina untuk lebih fokus lagi mengekspansi bisnis gas di Indonesia. Sehingga kebutuhan nasional akan gas dapat lebih terpenuhi. Hal ini tentunya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Membahas tentang cadangan gas Indonesia yang diketahui lebih banyak lima kali lipat dibandingkan cadangan minyak, menurut Hendra, cadangan gas alam Indonesia mencapai 103 triliun kaki kubik. Indonesia berada diurutan ke-14 dalam daftar negara dengan cadangan gas terbesar di dunia.
“Bandingkan dengan Iran, yang berrada diurutan pertama, yang memiliki cadangan gas hampir 1.100 triliun cubic feet,” ungkap Hendra.
Hendra menjelaskan bahwa cadangan gas Indonesia dikelola oleh banyak perusahaan. Produksi paling besar dikelola oleh Total Indonesia yang berada di Kalimantan Timur. Dan yang terbesar kedua adalah Pertamina EP. Produksi gas Indonesia sendiri, menurutnya, rata-rata mencapai 4-5 miliar kaki kubik perhari.
“Jadi dapat diperkirakan dalam waktu 40-50 tahun masa produksi maka cadangan gas kita akan habis, jika tidak ditemukan cadangan-candangan baru,” jelasnya.
Cadangan gas yang sedemikian besar jika dibandingkan dengan cadangan minyak menimbulkan pertanyaan, mengapa penggunaan gas di Indonesia masih jauh lebih sedikit jika dibandingkan penggunaan minyak?
Hendra pun menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut, karena minyak yang berbentuk cair memang lebih mudah ditransportasikan jika dibandingkan gas. Hampir diseluruh dunia, menurut Hendra, mengalami kendala yang sama dalam hal ini. Sedangkan gas membutuhkan media untuk mentransfernya, seperti pipa. Bagi Hendra, persoalan inilah yang masih menjadi tantangan bagi para pebisnis di Indonesia.
Diketahui, resiko yang harus ditanggung untuk mengeksplorasi gas cukup tinggi. Terkait hal ini, untuk meningkatkan eksplorasi terhadap cadangan gas, Hendra mengungkapkan bahwa terdapat skema bisnis yang harus terencana dengan baik. “Agar gas dapat sampai dan digunakan oleh masyarakat secara umum, harus ada skema bisnis dari mulai mencari dan menemukan, mentransportasikannya, dan kemudian menjualanya kepada pelanggan akhir,” jelas Hendra.
Terkait skema tersebut, Hendra menjelaskan, perlu ada peran pemerintah untuk menciptakan atmosfir yang nyaman bagi perusahaan yang akan mengeksplorasi. Dimulai dari tahap eksplorasi sebelum produksi, pemerintah dapat memberikan keringanan pajak agar perusahaan-perusahaan terkait mau menanamkan modalnya. Kemudian, pemerintah juga dapat memberikan kemudahan dalam perijinan, agar proses penanaman modal hingga eksplorasi tidak terhambat.
Business In 3 Words: “Create, Growth, & Sustainability.” -The Captain Hendra Jaya, President Director PT Pertamina Gas
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023