Perbincangan dengan wanita kelahiran Bandung, 12 Februari 1974 ini, dibuka dengan bahasan mengenai tujuan dari yayasan yang dipimpinnya. “Bakti Budaya Djarum Foundation ingin membuat seni budaya Indonesia menjadi gaya hidup,” jawabnya.
Oleh karena itu, terkait tujuan tersebut, Renitasari mengungkapkan bahwa dirinya tertantang untuk membuat pertunjukan seni budaya Indonesia yang mulai jarang dipertontonkan dapat kembali menarik minat masyarakat secara umum. “Saya pun tertantang untuk membuat pertunjukan seni budaya Indonesia menjadi tontonan yang menarik dan ‘seksi’,” ungkapnya.
Ia pun menjelaskan bahwa salah satu faktor yang penting dalam pertunjukan seni budaya Indonesia yang masih harus dikembangkan adalah kemasannya. “Seniman di Indonesia hanya memikirkan proses kreatifnya saja, belum memikirkan kemasannya. Di sinilah Bakti Budaya Djarum Foundation masuk, dengan memposisikan diri sebagai promotor budaya,” jelasnya.
Ibu dua anak ini juga sempat menyinggung persoalan terkait minat generasi muda terhadap seni buadaya Indonesia yang dinilai masih rendah. “Potensi seni budaya Indonesia luar biasa besar tetapi tidak sampai ke generasi muda. Salah satunya disebabkan karena kurangnya ruang publik yang menjadi tempat interaksi publik dengan para seniman,” tutur Renitasari menjelaskan sebabnya.
Oleh karena itu, Bakti Budaya Djarum Foundation membuat sebuah wadah untuk memfasilitasi interaksi publik dengan para seniman yang disebut Galeri Indonesia Kaya. “Sehingga kami berpikir sudah waktunya memiliki panggung untuk para seniman sampai terciptalah Galeri Indonesia Kaya,” ungkapnya.
Pembangunan Galeri Indonesia Kaya juga merupakan implementasi dari harapan ibu dua anak ini, yakni membuat Jakarta Broadway. “Saya bermimpi suatu hari Jakarta bisa memiliki Jakarta Broadway,” ucapnya.
Renita pun menjelaskan tentang dampak dari penggarapan seni budaya Indonesia dengan serius dan konsisten dapat berdampak positif bagi sektor lain, misalnya menambah pendapatan bagi para seniman. “Potensi yang bisa digarap dari seni budaya ini sangat luas sekali, dan dapat memberikan efek positif ke sektor lainnya,” jelasnya.
Selain itu, diakhir perbincangan juga sempat dibahas lebih dalam tentang pribadi wanita yang di masa mudanya, ternyata terkenal tomboy. “Saya merasa seperti laki-laki yang terjebak di dalam tubuh perempuan,” ungkap Mojang-Jajaka Bandung tahun 1991 ini menggambarkan pribadinya di masa muda.
Wanita yang dimasa mudanya sering berkelahi ini juga mengungkapkan bahwa pada masa itu, tidak ada laki-laki yang berani mendekatinya, karena dirinya terkenal galak. “Dulu tuh saya seperti laki-laki sampai semua laki-laki takut untuk mendekati saya,” ucap Putri Citra Jawa Barat tahun 1990 ini seraya tersenyum.
Namun perjalanan menuju pendewasaan diri diakuinya telah mengubah perilakunya yang dahulu tomboy, galak, dan suka berkelahi menjadi wanita yang anggun seperti sekarang ini. “Orang kan ber-metamorfosa, jika saya dulu masih kepompong sekarang saya sudah menjadi kupu-kupu,” tutupnya seraya tersenyum sekali lagi.
Business In 3 Words: “Money, Employment & Future.” -The Captain Special Woman On Top Renitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023