Pada Kamis pagi sepekan lalu, Ferdy Hasan berkesempatan mewawancarai CEO & Market Leader Burson Marsteller Indonesia, Mayang Schreiber. Lewat perbincangan tersebut banyak hal menarik yang bisa dipetik Brava Listeners. Apa saja itu, ini dia hal-hal menariknya.
Perkembangan industri PR di Indonesia.
“Industri ini sangat dinamis dan telah berkembang banyak. Sekarang kita melihat banyak sekali companies melihat PR itu nggak sebagai untuk media conference tetapi for most strategic function. Dulu mayoritas perempuan, sekarang sudah banyak laki-lakinya juga. Dari segi background juga menarik. Banyak para PR ini memiliki background yang different. Contohnya ada yang berlatar belakang mechanical engineer, dan software engineer. Seiring berjalannya waktu dan the way people communicate, I don’t really call myself PR Consultant. Sejak 3-5 tahun terakhir saya selalu bilang Communication Consultant, karena it’s all about communication.”
Disiplin dalam communication consultancy.
1. Corporation PR. Mengenai protection the reputation of company.
2. Public Affair. Mengatasi issue yang berhubungan dengan policy pemerintahan.
3. Financial Communication atau Investor Relation. Berkaitan dengan institusi keuangan.
4. Brand Communication.
Tren industri PR di Indonesia.
“Kita punya banyak sekali perusahaan Indonesia yang mempunyai kemampuan global. Jadi bukan lagi kita akan ada Apple datang ke sini, atau Twitter datang ke sini, tapi sudah dari perusahaan Asia yang going global. Saya rasa trendnya ke sana, dan Indonesia harus bangga karena kita punya capacity untuk ke sana.”
Basic thing yang bisa dilakukan CEO Company untuk penanganan issue.
1. Make sure ada crisis management framework. Dalam arti, kalau issue muncul maka secara otomatis sistem yang menangani itu.
2. Harus ada crisis management team. Jadi harus ada tim khusus yang menangani itu yang terdiri dari orang HR, Legal, dan Finance, serta harus ada management team di situ. Biasanya kita rekomendasikan CEO of company. Namun CEO jangan terlalu banyak fokus ke crisis management team, tapi harus tetap fokus ke bisnis supaya jalan seperti biasa.
3. Harus jelas siapa decision makers pada saat crisis. Saya sering menangani krisis, dan kalo digital itu you have to respond within in hours. Kalau dulu kan the golden rules in 24 hours. Pernah kita harus nunggu statement untuk di-approve oleh internal sebelum di-approve ke luar. Nah internal itu kadang-kadang dari global yang biasanya dari Amerika atau Eropa yang memiliki perbedaan waktu 6-12 jam. Sedangkan permasalahan ini harus segera diatasi, karena dalam 1-2 jam, krisis ini sudah banyak sekali perubahan.
4. Harus tahu spoke person-nya. Kadang-kadang the head of company bukan a good spoke person. Karena itu spoke person ini harus dipersiapkan dalam arti dealing with media, dealing with people in digital landscape, dealing with community, yang kesemuanya mempunyai cara yang berbeda untuk menanganinya. Jadi you have to have somebody who not only know company inside and out, tapi juga punya interpersonal skill yang baik.”
5. Mengetahui online stakeholder-nya. Karena begitu banyak sekarang orang yang quote and quote berpengaruh di online, but not everybody you have to engage. Sebenarnya ada orang yang I would call influencer, these are the people who drive campaign.
6. Don’t put all your eggs in one digital basket. Maksudnya, fokus ke digital itu penting, tapi ingat ada stakeholder community di situ, ada pemerintahan di situ, jangan fokus sama online saja, jadi harus integrated.
7. It’s never over in digital world.
Definisi bussiness dalam 3 kata.
“People, Compliance, Endurance.”
Untuk program Woman On Top selanjutnya bisa Brava Listeners dengarkan sebulan sekali di pekan awal pada hari Kamis, pukul 9 pagi hingga 10 pagi. [teks @bartno | foto Ist]
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023