Yori Antar: Jakarta berkembang dengan sangat cepat

532

Q: Dikenal sebagai arsitek yang sangat gigih dalam menggali ilmu arsitektur lokal dan membangun kembali arsitektur nusantara yang terancam punah. Apa yang mendasari pilihan untuk melakukan hal tersebut?

A: Lama setelah lulus saya menyadari, saya adalah arstitek modern karena pendidikan kita adalah pendidikan modern, dan pendidikan modern datang dari Eropa, dimana Eropa adalah negara industri.

Kalau saya tidak berhati-hati saya lulus menjadi agen industri kapitalis, jadi kalau bikin rumah semua material harus impor. Kemudian saya bertanya kemana arsitektur Indonesia sesungguhnya?

Ternyata, banyak sekali beraneka ragam dan itu tidak menjadi sumber inspirasi kita, orang Indonesia modern lebih suka rumah gaya eropa, timur tengah, dan oriental, tetapi gaya nusantaranya mereka tidak tahu, karena arsitektur nusantara tidak dipelajari di dunia pendidikan.

A: Kalau untuk gerakan rumah asuh, apa yang dilakukan untuk itu?

A: Gerakan rumah asuh adalah gerakan yang dibuat tahun 2008 saat saya pensiun jadi turis. Saya membentuk namanya gerakan rumah asuh, jadi kami mengasuh rumah adat yang dipedalaman agar bagaimana mereka bisa tetap sustain, karena setelah rumah adat dibangun kami memprosomosikan rumah adat itu supaya menjadi tempat destinasi pariwisata eco tourism.

Di Sumba, kami membangun bersama koordinator disana membangun 120 rumah adat yang dananya dari donatur, CSR, teman-teman dan pemerintah.

Kami membuat program bersama pemerintah yang namanya Program Rumah Budaya, dengan dana pemerintah, pemerintah menyelamatkan desa-desa adat dengan metode pansos, jadi dana langsung diberikan ke masyarakat.

Brava Listeners, terus dengarkan Brava Radio di 103.8 FM atau bisa melalui streaming di sini.

[teks Nada Inditya Lifa | foto dok. Brava]

Baca juga:
Berbagai cara menikmati kopi
Diet anti kolesterol jahat
Destinasi wisata Berlian di kota Amsterdam

Redaksi