Ahli Ekonomi: Indonesia Masuk Kelompok MINT

62

 

Pada 2001, Jim O’Neill telah menemukan isitilah BRIC yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan Cina untuk negara-negara yang saat itu diperkirakan kelak menjadi kekuatan ekonomi masa depan.Terdapat beberapa faktor yang membuat keempatnya masuk dalam kelompok negara yang secara khusus dipertimbangkan akan menjadi perekonomian besar.

Menurut O’Neill, salah satunya adalah negara-negara tersebut memiliki demografi yang ‘baik’ dengan peningkatan jumlah penduduk usia produktif yang lebih tinggi dari penduduk yang tidak bekerja.Jadi secara teori, jika Meksiko, Indonesia, Nigeria, dan Turki bisa bekerja sama, beberapa akan mampu menikmati pertumbuhan dua angka seperti Cina pada masa 2003-2008.

Posisi geografis keempat negara tersebut juga menguntungkan. Misalnya, Meksiko merupakan negara tetangga Amerika Serikat namun berada di Amerika Latin. Begitu juga dengan Indonesia yang terletak di jantung Asia Tenggara dan memiliki hubungan erat dengan Cina. Sedangkan Turki berada di dua semenanjung, Barat dan Timur.


Sedangkan Nigeria, O’Neill berpendapat, agak berbeda karena berada di kawasan Afrika yang masih kurang pembangunannya namun di masa depan bisa jadi berkembang jika negara-negara di kawasan itu berhenti berperang dan melakukan perdagangan satu sama lain.

Tantangan di Indonesia

Meksiko dan Turki dari segi kekayaan, berada dalam satu tingkat dengan penghasilan rata-rata per orang per tahun sekitar US$10.000. Penghasilan rata-rata di Indonesia US$2.100 dan Nigeria sebesar US$1.500 atau setara dengan India yang sudah lebih dulu masuk dalam BRIC.

Dalam waktu 30 tahun mendatang, menurut O’Neill, ada peluang MINT bisa bergabung dengan 10 negara perekonomian terbesar dunia. Namun dengan beberapa catatan, dan untuk Indonesia tantangan utamanya -tambah O’Neill, adalah kepemimpinan dan prasarana.O’Neill juga menambahkan bahwa tantangan dan kesempatan sebenarnya saling berdampingan di Indonesia.

Salah satu contoh yang disebutnya adalah dari kunjungan ke kawasan Pluit, Jakarta, yang permukaan tanahnya diperkirakan turun 20cm per tahun namun harga properti di kawasan lain Jakarta meroket. Demikian kabar yang dilansir BBC Indonesia.

Redaksi