Asma Nadia: buku sebagai media untuk menjawab permasalahan

485

asma nadia

Asma Nadia, founder dari Asma Nadia Publishing House ini juga dikenal sebagai novelis Islami. Berbicara mengenai buku, novelis yang disapa akrab sebagai Nadia begitu senang menyampaikan pengalamannya yang berkutat di dunia buku pada program The Captain kali ini (25/6).

Memang Nadia menyukai dunia tulis-menulis sejak kecil dan mulai aktif menulis di umur 18 tahun. Buku fiksi Nadia pertama kali diterbitkan pada tahun 2000 dan sekitar 10 buku diterbitkan pada tahun itu. Pada era tersebut buku-buku fiksi masih terhitung sebagai buku yang digemari di pasaran.

Melihat minat pembaca mulai bergeser ke arah non fiksi pada tahun 2005, Asma Nadia menerbitkan buku non fiksi pertamanya yang berjudul “Catatan Hati Seorang Istri”. Inspirasi menulis buku ini berdatangan dari luar dan dalam diri. Seperti curhatan para temannya maupun pertanyaan-pertanyaan sebagai seorang istri kepada dirinya sendiri.

Awalnya segmen “Catatan Hati Seorang Istri” ditujukan kepada para ke remaja, lalu digemari oleh ibu-ibu muda, hingga akhirnya bisa dinikmati oleh para lansia.

“Buat saya ketika menulis ‘Catatan Hati Seorang Istri’, bahagianya orang yang beragama lain pun membaca buku-buku Asma,” tutur Asma Nadia pada Ferdy di program The Captain itu.

“Persoalan rumah tangga apapun agamanya, tetaplah sama,” tambah Nadia bercerita dengan semangatnya.

Asma Nadia melihat minat membaca masyarakat Indonesia masih cukup tinggi dan tidak terbilang minim. Justru ia menanggapi hal literasi Sastra Indonesia yang tertanam pada masyarakat masih minim dan inilah yang menjadi tantangan bagi para penerbit.

“Sejak tahun 2009 saya sebagai seorang penulis dan penerbit menyediakan buku-buku yang tidak hanya sebagai hiburan. Bisa nggak kita menyediakan buku itu sebagai media kebutuhan dengan tema-tema yang menjawab persoalan,” kata Asma Nadia lagi.

Pertanyaannya adalah bagaimana buku-buku bisa membuat orang lain butuh dan menjawab persoalan yang mereka hadapi.

Redaksi