Hingga saat ini, jumlah entrepreneur di Indonesia masih belum mencapai jumlah yang ideal. Menurut Bank Dunia, di Indonesia baru ada 1,6% entrepereneur dari jumlah populasi yang ada di sini yang seharusnya ada di angka 4% dari total populasi.
Dalam The Captain kali ini, Ferdy Hasan akan berbincang-bincang dengan seseorang yang banting setir dari usaha di bidang perbankan dan financial, kemudian mencoba keberuntungannya dalam usaha media di tahun 2009, Dolly Lesmana, CEO dari Arka Media Group.
Q : Dolly sendiri aktif memberi motivasi juga mendorong anak-anak muda untuk menjadi entrepreneur. Kendalanya ada di mana?
A : Dari sisi motivasinya dulu. Menjadi seorang entrepreneur itu harus punya mindset, menjadi orang yang memiliki kebebasan untuk menjalankan ide-ide ‘gila’-nya, dan yang paling susah itu merubah sesuatu yang sudah menjadi bagian dari aktivitas hariannya.
Sehingga berjalan sendiri yang tidak punya struktur. Dibutuhkan partner yang bisa memberikan support untuk bisa berkembang, dan growth-nya itu sama-sama terpantau.
Q : Maraknya teknologi digital, banyak melahirkan entrepreneur-enterpreneur baru di Indonesia. Apa yang Anda lihat dari generasi muda ini agar bisa menjadi seorang pengusaha?
A : Banyak yang sukses itu kalau dilihat karena memang memiliki passion di bidang yang ia geluti, atau memang memiliki experience sebelumnya. Untuk menjalankan suatu bisnis itu tidak mungkin berjalan sendiri. Chemistry itu harus terbangun.
Q : Apa yang membuat Anda memutuskan beralih dari dunia perbankan ke bisnis media?
A : Mungkin saya grow up dari keluarga entrepreneur, ayah saya seorang pengusaha. Jadi waktu itu memang sudah berada di zona nyaman, tidak ada tantangan baru lagi menurut saya.
Ya inilah saatnya untuk keluar dari zona itu. 2009 itu waktu lagi global crisis, saat semua lagi tiarap, ktia mencoba untuk memulai sesuatu yang baru.
Q : Awal mula merintis karier di bidang media, kenapa dulu berani membagikan majalah secara gratis?
A : Kalau dulu memang konsep free magazine itu dapat pemasukannya dari iklan. Bagaimana untuk bisa bersaing dengan yang sudah ada, ya kita harus punya strategi yang berbeda. Dulu belum ada transportasi online seperti sekarang.
Orang naik taksi, dulu media sosial juga belum hype banget, jadi ya menurut kita hal ini merupakan satu strategi yang baik. Hal tersebut bisa diukur dengan jumlah penumpangnya, kemudian kita jual ke agensi dan responnya cukup baik.
Q : Sekarang market-nya sudah berubah. Media-media besar ternama Indonesia pun banyak yang gulung tikar. Bagaimana untuk tetap bisa bersaing menurut Anda?
A : Kita punya expertise untuk membuat suatu majalah. Kita ada satu divisi yaitu media creator. Banyak media lain yang masih menggunakan print magazine untuk diberikan ke client mereka, jadi kita sekarang handling beberapa client tersebut.
Untuk yang sekarang sudah shifting ke digital, mereka punya website, nah kita jadi content creator-nya. Paling dari sisi servisnya saja yang berbeda, yang biasanya hanya print, sekarang kita juga advice digital ke client. Mulai tahun ini sudah mulai fokus ke arah digital.
Q : Mungkin bisa diceritakan perjalanan Arka Media sendiri selama 8 tahun terakhir?
A : Pastinya tidak semulus yang kita harapkan. Yang paling penting kita bisa menyatu dengan kondisi market sendiri. Tiga tahun terakhir kita melihat print magazine akan turun trennya, karena di Amerika sendiri sudah terjadi. Kita juga coba melihat ada unit bisnis yang bisa kita kembangkan.
Q : Melihat potensi yang ada, Anda menggabungkan antara bisnis dan passion. Memulai sebuah perusahaan start up yang bergerak di bidang olahraga namanya Go Fit. Mungkin bisa diceritakan tentang Go Fit?
A : Saya grow up di Amerika. Olahraga lebih berkembang di luar negeri, kita terbiasa kalau pulang kerja pasti nontonnya tayangan olahraga di TV.
Sampai di sini, ya olahraga hanya sekedar rutinitas untuk bisa sehat. Saya lihat ada peluang untuk bisa menghubungkan orang-orang yang passionate sports dengan konten yang bagus.
Sekarang kita menggabungkan content writer kita itu untuk para pembaca yang sedang mencari referensi untuk guide to healthy living.
Ke depannya, kita sedang dalam tahap pengembangan untuk bagaimana caranya memenuhi kebutuhan orang-orang untuk berolahraga seperti mencari instruktur, dll. Yang nanti bisa order via aplikasi Go Fit.
Brava Listeners, terus dengarkan Brava Radio melalui streaming di sini atau download melalui iOS dan Google Play Store.
[teks Adhi Satria | foto dok. Brava Radio]
Baca juga:
Ini alasan kenapa gula lebih berbahaya untuk pria
Menu ala Hokkaido di Taigi Japanese Restaurant
Menjelajah Eropa dengan kereta mewah
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023