Hariyadi Sukamdani, bicara mengenai industri pariwisata Indonesia

243
Hariyadi Sukamdani

Bulan Maret lalu, studio Brava Radio kedatangan seseorang yang terkenal melalui kepemimpinannya di Sahid Group, yaitu Hariyadi Sukamdani, yang adalah Presiden Direktur Sahid Jaya Internasional Terbuka dan ketua umum APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia), sekaligus ketua umum PHRI (Perhimpunan Hotel Restaurant Indonesia).

Dalam program The Captain yang dibawakan oleh Ferdy Hasan, awalnya Hariyadi menjelaskan tentang industri pariwisata Indonesia. Menurut beliau, Indonesia memiliki peluang yang besar dalam industri ini. Walaupun sebelumnya menurut BPS, kunjungan wisatawan asing ke Indonesia pada tahun 2015 sekitar 9,7 juta orang. Jumlah tersebut terendah dibandingkan dengan negara Asean lainnya seperti Thailand, dan Filipina.

Padahal destinasi di Indonesia termasuk banyak dan belum lagi koneksi penerbangan yang langsung ke kota tujuan wisata. Peluang berkembangnya industri ini dirasa semakin besar dengan kesadaran masyarakat yang membuka destinasi baru di wilayahnya. Karena masyarakat pun sadar bahwa ketika pariwisata di wilayah mereka maju maka yang menikmati hasilnya pun mereka juga. Tidak hanya masyarakat, para pengusaha di wilayah tersebut pun pasti menikmati hasil dari industri pariwisata ini.

Sahid Grup dan Hotel, termasuk salah satu yang menikmati hasil pariwisata ini. Meski sempat mengalami krisis di tahun 98 dan 2008, namun perusahaan ini tetap berdiri. Mereka akan terus melakukan perluasan jaringan di Samarinda, Batam, dan Ciloto. Khusus di Jogja, mereka akan melakukan penambahan kamar, jelas Hariyadi.

Hariyadi juga menambahkan bahwa dalam industri pariwisata khususnya perhotelan banyak investor yang mulai mencoba. Namun, sebaiknya para investor harus memperhatikan operasionalnya. Hariyadi menekankan bahwa setiap investor asing yang ingin terlibat harus mempunyai badan perusahaan di Indonesia.

Ketua umum PHRI ini juga berbicara tentang travel agent.

Agen travel yang konservatif ini akhirnya akan kalah dengan agen travel online yang sedang marak saat ini. Mereka yang konservatif menjadi masalah dengan hotel karena komisinya yang terlalu tinggi. Tahukah Anda bahwa agen travel konservatif meminta 18% sebagai komisi dari pihak hotel. Jika komisi ini terlalu tinggi maka dapat mengganggu iklim pariwisata khususnya hotel di Indonesia.

Padahal visi dari APINDO adalah menciptakan iklim usaha yang kondusif dan kompetitif serta tidak membebankan dunia usaha lainnya. Jika iklim usaha ini tidak kondusif maka dapat mengganggu para investor.

Sampai saat ini, Hariyadi beranggapan bahwa Indonesia tidak kompetitif, hal ini terbukti karena mereka tidak melihat dengan visi yang sama sehingga perhitungan suku bunga di Indonesia sangat tinggi. Perhitungan suku bunga ini dapat mencapai 12%. Maka dari itu Hariyadi menginginkan bahwa pengusaha dan pemerintah dapat melihat dengan visi yang sama, sehingga tidak ada ketimpangan dalam usaha dan juga dapat menciptakan aturan kerja yang baik.

Seperti biasa Brava Listeners, Hariyadi juga mengungkapkan definisi bisnis dalam 3 kata, yaitu Jujur, ulet, dan tabah. Dan juga mengingatkan bahwa seorang pengusaha tidak boleh gampang menyerah. [teks onne | foto amanda]

Redaksi