Investasi Yang Didapat Indonesia dari APEC

72

Indonesia yang menjadi tuan rumah dalam kesempatan inipun berhasil mendapatkan investasi besar di beberapa sektor. Salah satu hasilnya adalah pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Investasi yang bernilai US$ 250 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun ini merupakan hasil kerja sama PT Pacific Geo Energy dengan perusahaan asal Amerika Serikat Ormat Technologie.

Menteri Perdagangan AS Penny Pritzker yang menyaksikan perjanjian itu di Hotel Nikko, Nusa Dua, siang tadi mengatakan bahwa kedua perusahaan tersebut akan bekerja dalam sebuah proyek pembangkit dengan kapasitas 60 megawatt di Sumbawa.

Pritzker juga mengatakan bahwa proyek pembangunan pembangkit menggunakan teknologi tinggi dan ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan keinginan kedua negara untuk terus berupaya menurunkan emisi karbon. Pritzker juga mengatakan bahwa proyek ini akan mengurangi emisi sebesar setengah juta kali setiap tahunnya.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa juga mengungkapkan bahwa ada 21 perusahaan asal Cina yang siap menggelontorkan investasi senilai US$ 28,2 juta untuk berbagai proyek di Tanah air. Dia mengatakan bahwa sudah ada nota kesepahaman, tentang keingin mereka mengadakan joint venture, dengan perusahaan lokal.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, di sektor pengolahan logam, menyatakan bahwa ada seorang konglomerat Rusia berminat menggelontorkan modal sebesar US$ 3 miliar. Konglomerat tersebut, menurut Suryo adalah Chairman Supervisory Board Basic Element, Oleg Deripaska, yang memiliki perusahaan aluminium terbesar di dunia. 

Selain itu, Suryo juga menyatakan bahwa pemerintah juga harus turun tangan untuk melancarkan proyek ini. Karena menurutnya, jika tidak ada follow up yang cepat dan tepat, maka investor hanya sampai pada niat saja.

Deripaska, Menurut Suryo, hanya salah satu dari calon investor potensial yang datang ke APEC CEO Summit pekan lalu. Limpahan sumber daya alam, pasar yang besar dan terus tumbuh, serta iklim politik serta ekonomi yang relatif stabil menurutnya pasti akan menarik lebih banyak lagi investor ke negeri ini.

Suryo juga mengungkapkan bahwa yang penting sekarang adalah bagaimana pemerintah membuat iklim usaha yang baik dengan menyediakan infrastruktur yang layak, kepastian hukum, dan penyederhanaan birokrasi. Semua hal tersebut, menurutnya harus dilakukan, dan jangan sampai APEC Summit ini hanya menjadi ajang ‘kongko-kongko’ tanpa hasil. Demikian kabar yang dilansir dari Tempo.co.

Redaksi