Irwan Poedjoadi: Selling a car is like telling a story

249

Dalam program The Captain kali ini, Ferdi Hasan berbincang-bincang dengan Irmawan Poedjoadi selaku CEO dari McLaren dan Aston Martin Jakarta.

Q: Bisnis luxury car saat ini dinilai menemui banyak sekali tantangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stagnan dan beban pajak yang tinggi dianggap menjadi penyebab menurunnya permintaan mobil di kelas ini. Bagaimana Anda menjawab tantangan ini? Apakah di tahun ini Anda melihat ada perbaikan?

A: Iya, melihat pengalaman yang terdahulu ya masuk tahun 2014, dimana exchange rate juga melemah, komoditas mulai menurun ditambah pajak, import duty-nya dari 40% jadi 50%, lalu PPnBM dari 75 menjadi 125.

Tapi di tahun ini saya melihat ada peningkatan yang baik. Ya, kita harapkan di tahun 2017 ada sedikit perbaikan, dan di tahun-tahun berikutnya pun ada perbaikan.

Q: Tapi untuk segmen luxury car, dengan harga yang tentunya fantastis, apakah segmennya terpengaruh? Bagaimana mereka melihat kondisi saat ini?

A: Well, dengan stagnan kondisi ekonomi saat ini tentunya kemarin mereka sempat hold back. Mereka juga terpengaruh dengan adanya perubahan harga. Namun, dengan adanya tax amnesty pada tahun kemarin, dan semuanya sudah beres, mereka juga mulai triggered lagi buat belanja. Tapi, mereka harus lebih smart lagi buying.

Q: Perjalanan karier Anda sudah cukup panjang di bisnis ini. Kalau melihat konsumen di segmen luxury car ini, bisa dibilang cukup unik. Apa yang menjadikan keunikan dari konsumen di Indonesia? 

A: Well, konsumen sebenarnya beragam sekali. Ada konsumen yang memiliki informasi yang lebih detail daripada kita, ada juga yang ditengah malam, jam 2 pagi, tiba tiba telepon “ada scratch di mobil saya”, dan saat itu juga kita harus kirim mekanik untuk memenuhi permintaan dia.

Ada juga yang pergi clubbing bawa mobil, lalu mereka agak drunk sehingga lupa bagaimana cara mengoperasikanya, itu pun kita harus mengirim seseorang saat itu juga.

Q: Untuk club owner dari McLaren dan Aston Martin sekarang ini, ada berapa anggotanya? Apakah ada kegiatan reguler selaku pemasok dari kendaraan tersebut? Apa yang dilakukan untuk me-maintain club owner sehingga memiliki kegiatan bersama dan lain sebagainya?

A: Untuk member aktifnya jika dikumpulkan mencapai hampir 150. Club owner adalah key success-nya penjualan baik Aston Martin maupun McLaren.

Tentunya kita perlu memberikan support yang prima kepada mereka, antara lain dengan memberikan aktivitas-aktivitas seperti breakfast, bahkan kita juga mengundang mereka untuk mencoba track-track di luar negeri.

Rencana bulan depan, kita akan mengajak customer McLaren yang membeli produk terbaru, kita ajak untuk mencoba sirkuit di London dan untuk meninjau factory-nya baik untuk McLaren dan Aston Martin.

Q: Anda pernah mengatakan “selling a car is like telling a story“. Apa yang Anda maksud?

A: Kita tidak hanya mengajak customer untuk sekadar membeli dan menjual. Kita harus merangkul mereka, menceritakan tentang bagaimana produk ini, produk yang kita jual ini kan become a classic, become a collector item, tentunya memiliki history yang baik. Kita harus menceritakan itu kepada customer kita.

Q: Apa yang menjadi kunci sukses kepemimpinan Anda? 

A: Kalau Anda bicara mengenai kepemimpinan. Seorang pemimpin harus memiliki visi dan misi, lalu dia harus bisa mendengar dan dia juga menjadi problem solver. Kadang-kadang seorang pemimpin itu tidak mau dikritik. Always be the boss itu nggak boleh, harus mau menerima masukan dan juga kritik.

Brava Listeners, terus dengarkan Brava Radio melalui streaming di sini atau download melalui iOS dan Google Play Store.

[teks Angelita Christy | foto dok. Brava Radio]

Baca juga:
Indonesia menjadi salah satu target virus komputer dunia
Inovasi terbaru dari Barry Calebaut
Omega Seamaster Aqua Terra edisi 2017

Redaksi