Menyambut Natal yang akan segera datang, Ferdy Hasan sebagai host The Captain, kedatangan tamu General Manager Immanuel Bookstore & Publishing House, John Syauta.
Immanuel Bookstore adalah salah satu toko buku Kristen terkemuka di Indonesia, atau bisa dikatakan juga sebagai salah satu toko buku yang tertua di tanah air.
Usia toko buku rohani ini telah mencapai 48 tahun pada 4 Desember kemarin. Bisnisnya dimulai dari sebuah toko kecil berukuran 7×5 meter. Dan sekarang, Immanuel Bookstore sudah memiliki 8 cabang baru, dan akan segera membuka cabang ke-9-nya.
Bagaimana perjalanannya hingga menuju tangga kesuksesan ini? Berikut paparan John Syauta.
Sejarah
“Dahulu ada misionaris yang datang dan ingin membuka toko buku. Tapi karena ada kendala, sehingga keluarga kami yang teruskan, lebih tepatnya om saya, Sam Daniel. Mulai dari situ kita juga ada publishing house-nya, kita isi juga dengan apa yang kita hasilkan sendiri. Kemudian berkembang, pertama pindah ke yang lebih besar sedikit, tidak lama pindah lagi ke yang lebih besar lagi. Terus mulai ada yang menawarkan di Surabaya, lalu di Jakarta di tawarkan di beberapa tempat. Akhirnya di tahun ’92, kita pindah ke Jl. Proklamasi, kita bilang itu pusat. Dan sekarang sudah ada 8 cabang, dan sebentar lagi yang ke-9 di Alam Sutera.”
Kunci sukses
“Sederhana, ini toko buku rohani, dasarnya adalah doa. Kita tak pernah lupakan itu setiap hari kita mulai usaha, di cabang mana pun diwajibkan untuk berdoa. Kita berusaha mengelola sebaik mungkin, kita tak ada hal-hal yang berbau tricky, saya rasa hanya itu.”
Penentuan sebuah lokasi baru dan cara menjaga profit
“Bisnis buku rohani ini bukan bisnis dengan profit yang menggiurkan. Kalau kita hanya bertahan menjual produk orang, itu berat. Justru profit itu kita dapatkan dari produksi sendiri. Dan untuk tempat, pilihan tempat kita adalah yang harganya masuk akal. Seperti pemilihan di Tangerang kali ini. Juga karena banyaknya permintaan, karena untuk masuk Jakarta terlalu macet.”
“Pengalaman di Bandung. Yang kita harapkan besar tidak menjadi kenyataan, sehingga kita juga sempat konsolidasi, dan akhirnya kita perkecil. Artinya kita buka dengan area yang cukup besar hampir 500 meter waktu itu, sekarang kita kurangi menjadi 100 meter, tapi dua lantai.”
Persiapan jelang natal
“Natal itu 30% sales kita, di November-Desember. Itu mewakili 30% dari satu tahun sales. Selalu begitu angkanya. Karena ada barang-barang yang hanya kita jual di natal. Seperti kalender, persiapan kita sudah dari Juni untuk menyiapkan variasinya. Kita juga import beberapa barang.”
Persaingan bisnis dan rencana ke depan
“Saya selalu bilang di setiap meeting, kita nggak merasa ada suatu persaingan. Karena ini adalah suatu hal positif yang ingin kita sampaikan. Jadi siapa pun yang terlibat di sini kami tidak merasa sebagai pesaing. Walaupun dikelola secara kekeluargaan, kita tetap tekankan profesionalisme. Kami dengan karyawan pun kita bilang, urutannya Tuhan nomor 1, keluarga nomor 2, dan baru kerjaan.”
“Integritas tetap kita junjung tinggi. Boleh dilihat, kita tidak pernah ada tunggakan. Dari awal dibilang, jangan bikin malu ini kerjaan Tuhan, nggak boleh ada tagihan yang nggak dibayar.”
Bisnis dalam 3 kata
“Saya simple orangnya, sales, sales, sales. Mau dengan teori apapun kalau tidak diterjemahkan dalam bentuk sales, habis juga. Di sini kami juga ada sistem intensif untuk yang menjual. Jadi mereka terpacu.”
[teks @bartno | foto ist]
- Harper’s Bazaar Indonesia Asia NewGen Fashion Award (ANFA) kembali hadir di tahun 2024! - Mar 7, 2024
- Farah Tubagus - Dec 22, 2023
- Joshua Nafi - Dec 22, 2023