Konferensi ICON 2018 sukses digelar

38

ICON 2018 terbilang sukses diadakan di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa 13 November kemarin. Conference yang menghadirkan 16 pembicara, baik dari dalam dan luar negeri, berhasil mencuri perhatian peserta.

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara memberi sambutan yang menekankan peran pemerintah terhadap perkembangan dunia digital di Indonesia. Sekarang ini peran pemerintah tidak hanya mengurusi masalah perizinan, tapi sudah lebih maju ke depan dengan memfasilitasi kebutuhan masyarakat terhadap teknologi.

Pemerintah, kata Rudiantara, telah membina dan memfasilitasi perusahaan start up di ranah digital dengan mempermudah izinnya, memberikan beragam edukasi untuk pengembangan sumber daya manusianya.

Bahkan beberapa orang Indonesia sudah ada yang membina ilmu di akademi milik Jack Ma (Founder of Alibaba Group) untuk belajar mengenai e commerce dan perkembangan teknologinya.

Satu topik dalam conference ICON 2018 mengenai “Leadership Jaman Now” yang disampaikan Armand Hartono, Deputy President Director of BCA. Menurut Armand, seorang pemimpin harus gigih. Tidak pernah menyerah ketika menemui kegagalan.

“BCA pernah gagal dalam mengadopsi teknologi. Kami mencoba lagi, mencoba, sampai berhasil,” ujarnya.

Topik lain yang menarik adalah di sesi terakhir pembahasan mengenai “Breaking Old Paradigm” dengan pembicara Najwa Shihab (Founder of Narasi), Nadiem Makarim (Founder of Gojeck), Gaery Undarsa (CMO of Tiket.com), dan William Tanuwidjaja (CEO of Tokopedia).

Nadiem menerangkan bagaimana ia mendobrak paradigma lama yang pada akhirnya berdiri perusahaan Gojek. Nadiem cerita, awal ia mendirikan Gojek ingin memecahkan masalah kemacetan, dan bagaimana caranya sampai ke tujuan dengan cepat.

Ketika ia naik ojek tradisonal, tidak ada biaya yang pasti. “Pernah saya ditembak 50 ribu, padahal jaraknya tidak terlalu jauh,” katanya. Dari situlah tercetus membuat ojek dalam jaringan yang terpampang secara jelas biaya perjalanannya.

Sementara Najwa mengatakan berdirinya Narasi TV karena rasa penasaran terhadap dunia digital dan ketidak inginannya berada di zona nyaman di perusahaan lama. Sekarang dengan jumlah 1000-an karyawan, Najwa banyak memproduksi konten yang disiarkan di platform digital, salah satunya YouTube.

Redaksi