Penjelasan Kategori Mobil Mewah yang Dilarang Beli Pertalite

Jun 2, 2022

Pemerintah berencana membuat kebijakan mengenai larangan bahan bakar pertalite untuk mobil mewah. Pembahasan tentang peraturan tersebut sedang dalam proses diskusi dan akan dituangkan dalam revisi Perpres (Peraturan Presiden) No 191 Th 2014.

Berikut penjelasan mengenai kategori mobil mewah yang dilarang beli pertalite, simak ulasannya berikut ini.

Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman menyampaikan bahwa hingga kini pihaknya masih mendiskusikan mengenai apa saja kriteria yang masuk sebagai kategori mobil mewah yang melihat dari besar CC mobil, tahun pembuatan dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar pengkategorian mobil mewah bisa dengan mudah dipahami masyarakat luas.

Menurut Saleh saat ini pihaknya sedang mengoptimalkan fitur layanan digital milik PT Pertamina (Persero) yakni aplikasi MyPertamina. Khususnya dalam pembelian BBM jenis Solar subsidi dan penugasan seperti Pertalite.

Kedepannya akan diintegrasikan menggunakan aplikasi MyPertamina dengan alasan agar masyarakat yang memang berhak untuk beli Pertalite harus registrasi lebih dulu di sistem aplikasi tersebut.

Saat ini dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2014 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2013 tentnag barang kena pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang dikenai pajak penjualan atas barang mewah.

Melihat aturan tersebut kategori mobil mewah yang dilarang menggunakan pertalite akan mengacu pada PP di atas. Sebab, aturan ini mengatur besaran pajak kendaraan bermotor sesuai dengan berapa banyak kapasitas penumpang dan kapasitas isi silinder mesin.

Di sisi lain, kendaraan mobil mewah yang masih menggunakan pertalie rasanya kurang tepat. Pasalnya, melihat spesifikasinya, kendaraan mewah menggunakan BBM RON 90. Sedangkan telah disyaratkan bahwa mobil mewah ini agar menggunakan RON 92 ke atas.

Hingga saat ini pemerintah belum resmi mengeluarkan peratura tersebut Brava Listeners, jika diberlakukan bagaimana tanggapan Anda?

Penulis: Fadia Syah Putranto