Susi Susanti: Momen tahun 92 itu sangat memorable

2330

Pada 10/11 The Captain yang dibawakan oleh Ferdy Hasan, berkunjung ke kediaman seorang peraih medali emas pada tahun 1992 untuk olahraga bulutangkis, yaitu Susi Susanti.

Di segmen ini, Ferdy dan Susi berbicara mengenai masa kejayaan Susi.

Q: Saat ini sedang sibuk apa nih, Mbak Susi?

A: Sekarang lagi sibuk ke keluarga aja. Sekarang aku udah jadi ibu dari tiga anak. Anak-anak juga udah pada gede, yang paling tua umur 18, yang kedua 17 tahun, dan yang paling kecil 13 tahun.

Q: Berarti sekarang fokusnya ke keluarga dan bisnis ya? Ada apa aja yah di bisnis Astec-nya Mbak Susi?

A: Bisnis Astec terfokus pada peralatan olahraga. Kita memproduksi alat keperluan olahraga seperti raket, sepatu, apparel, semua yang berkaitan dengan bulutangkis.

Q: Meski generasi terus berubah, tapi nama Mbak Susi bisa terus diingat sampai sekarang. Bagaimana waktu awal Mbak Susi suka bulutangkis?

A: Dari dulu memang sudah suka olahraga, tapi bukan cuma bulutangkis. Dulu tuh saya sempet ikut senam, balet, voli, main sepatu roda.

Permainan anak-anak saya juga suka. Tapi yang akhirnya saya seriusin adalah bulutangkis, karena orang tua saya suka ngajak main itu.

Awalnya memang cuma coba-coba, waktu umur 6-7 thn.

Terus pas coba-coba pukul, kata papa saya keliatan punya bakat. Dan memang saya juga orangnya pengen coba terus sampe bisa. Ngga gampang nyerah. Makanya papa jadi mau ngorbitin saya.

Q: Selain orang tua, ada sosok pelatih yang sudah menjadi ibu bagi mbak susi. Benar-benar seperti ibu dan anak ya katanya?

A: Iya betul, pelatih saya adalah Ibu Liang Chiu Sia. Pada saat awal-awal berlatih bulutangkis, umur saya masih 14 tahun.

Di usia segitu saya pindah ke Jakarta, lalu gabung ke PB Jaya Raya. Lalu saya masuk di asrama, dan diantara semua pelatih, yang paling lama nanganin saya ya Ibu Liang Chiu Sia.

Saya menganggap beliau tidak hanya seorang coach, beliau benar-benar sudah seperti keluarga saya.

Kalau saya bertanding ke luar negeri, saya nggak pernah merasa sendirian, karena beliau selalu ada.

Saat saya tegang, nervous, panik atau ada masalah apapun, beliau selalu jadi tempat curhat.

Q: Bisa ceritakan momen saat mendapat emas olimpiade?

A: Momen tahun 92 itu memang yang paling memorable dan unforgettable. Itu prestasi yang luar biasa, dan merupakan prestasi tertinggi saya.

Bisa dapat medali emas memang sudah jadi impian saya, yang pasti mimpi atlet-atlet lain juga.

Bisa masuk olimpiade aja harus ada seleksi. Untuk kategori putri, harus bisa lolos 32 besar di dunia. 2 tahun diseleksi, baru saya bisa lolos.

Mungkin memang saat itu prestasi saya udah terlihat. Dan apalagi bisa dapat emas untuk negara Indonesia, betul-betul luar biasa.

Tidak akan pernah lupa bagaimana perjuangan yang begitu luar biasa. Dari persiapan yang bisa sampai 7-9 jam sehari selama berbulan-bulan. [teks Gabriella Sakareza | foto @bravaradio]

 

Redaksi