Gilarsi Wahyu Setijono: Transformasi PT Pos Indonesia

800

The Captain pada (24/11) yang dibawakan oleh Ferdy Hasan, kehadiran seorang narasumber yaitu Direktur Utama PT Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setijono.

Mereka membahas mengenai transformasi PT Pos Indonesia yang sudah berjalan selama 270 tahun.

Q: Kenapa Bapak memilih untuk beralih ke PT Pos Indonesia, padahal sebelumnya bisnis busana muslim yang Bapak pegang, bukannya lebih menjanjikan?

A: Inisiatif awal dari tahun 2008 setelah saya kembali ke Indoensia itu, saya ingin mencoba mengembalikan sisi kreatif dari bisnis busana muslim.

Kita mendorong dengan sebuah tema “Indonesia sebagai islamic fashion“. Dan akhirnya bergaung. Tercapailah karena sebenarnya penduduk muslim di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia.

Karena sudah ada keberhasilan itu, sudah saatnya saya beralih ke yang lain. Kenapa pos, bukan pilihan sebenarnya.

Tiba-tiba ada kebutuhan, dan saya berada dalam posisi tidak bisa menolak. Pos butuh atensi dan saya pun setuju untuk memberikan atensi tersebut.

Q: Apa yang dilihat dari potensi PT Pos Indonesia?

A: Kalau dihitung secara teliti, umur pos itu sudah mencapai 270 tahun. Berarti PT Pos Indoensia sudah ada dari tahun 1746, bahkan dari zaman VOC.

Pada masa itu masih dalam bidang kurir news, dokumen, uang. Bahkan sebelum ada bank, pos sudah pegang uang untuk pendistribusian uang.

Namun makin ke sini, karena teknologi kian berkembang, peran pos juga makin berkurang.

Dengan ada internet, e-mail pada awal 90an sudah mulai marak, pelan-pelan mengikis peran surat. Messenger mulai menggantikan persuratan.

Sekarang pos sebagai kurir masih dibawa e-commerce sudah mulai distruptif. Semakin marak e-commerce, maka mendorong kebutuhan kurir pula.

Surat mungkin bisa digital, tapi barang kan nggak. Kebutuhan kurir semakin tinggi ketika e-commerce makin menjamur. Pos menemukan kembali relevansi menjadi kurir.

Q: Apa bisa kapasitas yang dimiliki PT Pos Indonesia bertransformasi sebagai e-commerce kurir dan logistik?

A: Ya, karena sudah ada footprint. Dan ya, karena kita sudah ada metode meng-handle setiap kiriman. Tapi dimensinya berbeda.

Dulu surat tipis, sekarang berbentuk paket. Jadi akan sangat berbeda. Cara menanganinya, lalu transportasinya. Pak Pos dulu bawa tas surat, bisa pakai sepeda.

Sekarang sudah nggak bisa. Modal transportasi untuk bawa isian paket juga beda. Transformasi ini yang bikin beda. Namun tetap bisa berjalan hingga sekarang. Ini artinya PT Pos Indonesia memang mampu bertransformasi.

Brava Listeners, terus dengarkan Brava Radio di 103.8 FM atau bisa melalui streaming di sini. [teks Gabriella Sakareza | foto @bravaradio]

Baca juga:
Pelangi di Toledo Museum of Art
Steven Gerrard resmi pensiun
Sportcar Jaguar F-Type dengan mesin tengah

 

 

Redaksi