Ini Deretan Penyakit yang Dapat Disembuhkan Melalui Ganja Medis

504

Beberapa waktu lalu pemberitaan ganja untuk kepentingan medis ramai dibahas. Seperti apa memang khasiat dari tanaman ganja dan apa saja penyakit yang membutuhkan ganja medis?

Ganja untuk kebutuhan medis kini sedang hangat diperbincangkan. Bahkan, negara tetangga Indonesia, Thailand pun kini sudah melegalkan ganja untuk pengobatan.

Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) mengungkapkan ganja untuk kepentingan medis bisa diterapkan di Indonesia. Asalkan ada aturan ketat terhadap pemakaian dari ganja yang harus bertujuan sebagai pengobatan.

“Kalau memang positifnya lebih banyak, pasti pemerintah akan melegalkan ganja untuk medis. Itupun dengan mekanisme dan pengaturan ketat untuk menghindari penyalahgunaan,” kata Kabag Humas Kemenkumham, Tubagus Erif Faturahman.

Ini Deretan Penyakit yang Dapat Disembuhkan Melalui Ganja Medis

Ada beberapa hal yang masih dipertimbangkan oleh pemerintah Tanah Air terkait legalisasi ganja. Terutama dalam aspek, kesehatan hingga agama.

“Pemerintah akan mempelajari terlebih dahulu mengenai legalitas ganja untuk tujuan medis. Akan dilihat baik buruknya dengan cara meminta pendapat atau pandangan para ahli dari berbagai pihak seperti kesehatan, sosial, agama dan lain sebagainya,” tutur Tubagus.

Ganja medis sendiri dikenal sebagai cannabis medis atau marijuana medis. Dalam ganja media mengandung banyak senyawa aktif, seperti delta-9 tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD).

Berikut ini kemungkinan penyakit yang bisa disembuhkan oleh ganja medis, dikutip dari Mayoclinic:

  • Sklerosis lateral amiotrofik (ALS)
  • HIV-AIDS
  • Penyakit Crohn
  • Epilepsi dan kejang
  • Glaukoma
  • Multiple sclerosis dan kejang otot
  • Sakit parah dan kronis
  • Mual atau muntah parah yang disebabkan oleh pengobatan kanker

Adapun efek samping dari penggunaan ganja dapat timbul bagi orang-orang tertentu, seperti:

  • Peningkatan detak jantung
  • Pusing
  • Konsentrasi dan memori terganggu
  • Waktu reaksi lebih lambat
  • Interaksi obat-ke-obat yang negatif
  • Peningkatan risiko serangan jantung dan stroke
  • Nafsu makan meningkat
  • Potensi kecanduan
  • Halusinasi atau penyakit mental
  • Gejala putus obat

 

Penulis: Rifqi Fadhillah

Redaksi