Travel Talk: Tiga tempat asyik untuk berwisata

292

Setiap akhir bulan di Jumat terakhirnya pada pukul 19.00 – 20.00 WIB, program Travel Talk hadir guna menjadi inspirasi liburan bagi Brava Listeners.

Nah, di Juli kemarin, rekomendasi berwisata datang dari Editor in Chief DestinAsian Indonesia, Cristian Rahadiansyah. Berikut 3 tempat referensinya.

1. Porto, Portugal
Keindahan kota kedua terbesar di Portugal ini tidak hanya datang dari sepakbolanya, tetapi juga dari sejarah dan wine-nya.

Travel spot
Port Wine. Dirintis tahun 1600-an dan diproduksi di lembah Douro, lalu diendapkan di gudang-gudang tua di pinggir sungai Douro. Setiap tahun majalah Wine Spectactor salah satu majalah Wine paling bergengsi membuat daftar wine terbaik. Dan tahun lalu Port Wine masuk peringkat pertama 10 besar wine terbaik dunia. Wine ini juga menjadi ekspor terbaik Portugal selain sepakbola.

Kota tua. Ada 2 struktur kota tua di Porto yang menjadi highlights bagi turis. Pertama, Maria Pia. Ini adalah jembatan monumental yang dirancang Gustave Eiffel, satu dekade sebelum Gustave Eiffel mendirikan menara Eiffel di Paris. Kedua, Lello, yang merupakan nama toko buku. Bagi penggemar Harry Potter, toko buku ini punya peran penting. Jadi di sinilah J.K. Rowling menulis bab-bab awal Harry Potter.

Kantong-kantong budaya. Pemerintah kota berkolaborasi dengan pihak swasta mendirikan banyak sekali museum dan galeri, ruang konser, dan beberapa gedung. Seperti yang terjadi pada gedung Mahkamah Pengadilan yang usianya 250 tahun, sekarang disulap menjadi ‘Portuguese Center of Photography‘ tempat pameran-pameran foto. Lalu kunjungi pula taman Palacio de Cristal yang didirikan pada abad ke-19. Sekarang dihuni oleh perpustakaan baru bernama Almeida Garrett. Dan yang paling monumental adalah Serralvest Museum. Ini adalah museum pertama dan museum terbesar di Porto yang didedikasikan untuk seni kotemporer. Dan terakhir, struktur besar yang dibuat oleh Porto dalam upayanya menjadi kota budaya adalah Casa da Musica. Bangunan ini didesain paling radikal, paling progesif, dan bentuknya mirip origami. Jadi disusun menggunakan panel-panel alumunium yang kontras dengan kondisi sekitarnya yang terdiri dari bangunan-bangunan tua.

Keramahan. Ini adalah hal yang sangat memikat dan menarik untuk dikunjungi berulang-ulang yakni warganya yang ramah. Porto tidak terlalu kosmopolitan, bahkan sebenarnya kalau kita berjalan-jalan di Porto menjelajahi setiap sudutnya akan menemukan bahwa Porto seperti kampung nelayan raksasa. Yang unik adalah, hotel bintang 5 yang paling mewah di Porto masih mempraktekkan tradisi mengunci pintu hotelnya setelah jam 12 malam. Satu yang penting diketahui, comeback-nya Porto dari krisis sangat diakui dunia. Solusi yang mereka lakukan dengan mengubah kota ini menjadi pusat budaya baru bisa dibilang sangat berhasil. Hingga, European Best Destinations menobatkan Porto sebagai destinasi terbaik di Eropa dua kali, pada tahun 2012 dan 2014.

Cost. Meski kota ini sangat maju dan merekah menjadi pusat budaya baru, biaya hidupnya masih sangat murah. Murah ini bukan hanya dibandingkan dengan kota-kota lain di Eropa, tapi juga bisa dibandingkan dengan Jakarta.

Transportation
Pesawat terbang dengan 2-3 kali transit. Waktu tempuh 16 hingga 18 jam. Sedangkan untuk transportasi dalam kotanya cukup nyaman. Jadi pemerintahan dalam kotanya pernah menggulirkan dana 1,4 miliar dolar US untuk membenahi transportasi umum. Porto juga punya Tuk-Tuk, mungkin ini meniru Thailand atau Indonesia. Jadi bentuknya seperti bajaj tapi tanpa atap, dan bisa ditemukan di sentra-sentra wisata.

Opsi lain untuk menjelajahi Porto adalah lewat river cruise. Di sungai Douro banyak operator kapal pesiar. Bukan kapal pesiar mewah, tapi semacam kapal pesiar yang sudah dimodifikasi tanpa atap. Semua orang bisa duduk lalu menggunakan headset untuk mendengarkan pemandu wisata menceritakan sejarah Porto. Jadi sembari menyusuri sungai, melihat situs-situs di kota tua, sekaligus mendengarkan sejarahnya.

Hotels
Ada 2 tempat penginapan yang menarik dicoba. Pertama adalah Infante De Sagres. Hotel ini menempati gedung berusia 70 tahun. Jaraknya hanya beberapa menit berjalan kaki dari Kota Tua dan toko buku Lello. Interior dan eksteriornya mungkin mengingatkan kita pada film ‘Grand Budapest Hotel’. Jadi desainnya sangat klasik dan servisnya sangat nyaman dan berkualitas. Serta uniknya, setiap jam 4 sore ada ibu-ibu yang mengelilingi seluruh lantai hotel, mengetuk setiap pintu unuk membagikan sebuah cokelat.

Hotel menarik lainnya, The Yeatman. Hotel baru ini diklaim sebagai wine hotel pertama di Portugal. Jadi semua di hotel ini berhubungan dengan Wine. Nama kamarnya diambil dari jenis wine, interiornya menggunakan pernak-pernik wine, lalu restorannya mengoleksi 26 ribu botol wine dari 1.200 label. Hotel ini berdiri di tepi sungai Douro, persis sekali diantara gudang-gudang yang sejak abad ke-17 mengendapkan Port Wine.

Redaksi