Waspadai bahaya obat umum untuk anti nyeri dan demam

417

Adalah Universitas Aarhus sebagai unversitas negeri prestisius di Denmark yang berdiri sejak tahun 1928, mengadakan riset tentang NSAID atau Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs [obat anti inflamasi non steroid].

Obat golongan NSAID yang biasa Brava Listeners temukan di toko obat adalah, aspirin, parasetamol, ibuprofen, ketoprofen, naproksen, asam mefenamat, piroksikam, diklofenak, dan indometasin.

“Sudah diketahui luas selama beberapa tahun ini bahwa tipe baru golongan obat NSAID yang mampu mencegah pertumbuhan COX-2, dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung. Karena alasan itulah, beberapa tipe NSAID ditarik dari pasaran,” jelas Morten Schmidt, MD, PhD dari Universitas Aarhus, yang mengepalai riset ini.

Lanjutnya, “Dan sekarang bisa kita lihat beberapa obat golongan NSAID lama terutama Diclofenak, juga diasosiasikan dengan peningkatan risiko serangan jantung, dan tampaknya juga memiliki tingkatan risiko yang sama dengan jenis NSAID yang telah ditarik dari pasaran.”

Lebih mengkhawatirkan adalah, “Karena jenis NSAID yang lama ini banyak digunakan di dunia barat dan di banyak negara tanpa resep dokter,” jelas Schmidt lagi sebagaimana dilansir sciencedaily.com [17/3].

Berdasarkan data yang dimiliki Schmidt, setiap tahun lebih dari 15% populasi di barat diberikan resep obat NSAID. Pemberian NSAID ini meningkat seiring bertambahnya usia. 60% orang dewasa di Denmark setidaknya diberikan resep NSAID dalam periode 10 tahun.

Ternyata pasien jantung juga tidak terkecuali! Penelitian menemukan bahwa hingga 40% pasien yang bermasalah dengan jantung di Denmark mendapat resep NSAID.

Berdasarkan hasil riset ini, mereka menganjurkan:

  • Agar dokter lebih mempelajari riwayat kesehatan pasien apakah memiliki risiko masalah jantung dan pendarahan sebelum meresepkan NSAID.
  • Semua golongan NSAID seharusnya dijual melalui outlet resmi dengan resep dokter.
  • Secara umum seharusnya NSAID dilarang digunakan bagi pasien jantung atau yang berisiko tinggi terkena serangan jantung.

Dalam penelitian ini Universitas Aarhus juga berkolaborasi dengan 14 universitas dan beberapa rumah sakit di Eropa. Dan penelitian ini telah dipublikasikan di European Heart Journal. [teks @bartno | foto drmosquera.com]

Redaksi