Peter Wongso: Sukses berawal dari passion

393

The Captain pada tanggal 14/10/16 yang dibawakan oleh Ferdy Hasan, kedatangan tamu yaitu Peter Wongso. Beliau adalah Designer Wong Hang Distinguished Tailor.

Kali ini Ferdy dengan Peter Wongso membicarakan mengenai kunci sukses Wong Hang.

Q: Wong hang sudah berjalan dari tahun 1933, dan hingga saat ini berarti sudah 83 tahun. Bisa sampaikan apa kunci suksesnya?

A: Seperti yang diketahui, bisnis ini adalah bisnis art. Apapun bisnis kita, kata kuncinya adalah passion. Kalau art dalam bidang ini, misalnya desain setelan jas, kita harus mengerti bahwa desain itu seharusnya kita menutupi kekurangan badan seseorang, dan menonjolkan kelebihannya.

Tentunya hal yang harus digarisbawahi adalah jam terbang. Disertai dengan jam terbang yang tinggi, kita harus menikmati kerja. Kalau kita menemukan sesuatu yang baru, pasti kita akan melihat bisnis ini menyenangkan. Nah kalau sudah di situasi seperti ini, pasti kita suka mendapat fresh ideas.

Kita harus combine dengan melihat ke dunia luar, karena dunia luar ini adalah guru. Seperti kata pepatah, di atas langit masih ada langit. Belajar dari orang lain maupun negara lain bisa memberi pelajaran bagi kita.

Kita juga harus belajar sampe detil, seperti misalnya kenapa kancing di lengan ada empat. Itu semua historinya.

Q: Bagaimana sebenarnya histori kancing di lengan ada empat itu?

A: Dulu, jas itu hanya dipakaikan ke para orang-orang yang elit. Suatu saat, pernah jas dipaksakan oleh orang-orang di kapal. Di kapal itu ya tidak hanya orang elit isinya.

Komandan di kapal tersebut kesal karena orang-orang yang baru didandani dengan jas, biasanya memiliki habit-habit yang jelek. Suka berkeringat terus jadinya suka dipakai untuk ngelap keringat. Karena kesal itu jadinya suka ditaruh kerang, untuk menghindarkan kebiasaan jelek itu.

Itu sih asal muasal ditaruh kancing, sebagai pengganti kerang itu. Ini sudah tradisi dari negara asalnya. Dan kalau sudah belajar ke negara asalnya, pasti kita belajar lebih dulu dengan menyesuaikan ajaran lama tersebut.

Dan di bidang ini harus ada darah seni, agar kita bisa menciptakan taste kita sendiri. Taste orang itu harus khas.

Q: Mengenai belajar di negara orang, di barat kan orang-orangnya selalu pakai jas, bagaimana kalau di Indonesia sendiri?

A: Indonesia biasanya memang agak tertinggal. Misal, di barat udah musim satu setelan jas tertentu, di Indonesia mungkin baru ngtrend 2-3 tahun kemudian. Di bisnis lain juga begitu.

Tapi alhamdulillah kita sudah mulai menaruh posisi yang tidak jauh dari negara luar. Memang tidak sama, namun tidak jauh.

Sekarang banyak anak muda yang sudah keren dengan jas, sudah pada mengerti baiknya pakai jas itu bagaimana. Sudah pada mengerti juga tentang tata warna dan kombinasi warna.

Di Indo casing-nya sudah hampir jadi trendsetter, dulu cuma follower tapi sekarang sudah jadi panutan. Mereka sudah terbiasa pakai jas.

Q: Pak Peter kan sebenarnya CEO, namun kenapa bapak lebih senang disebut sebagai desainer?

A: CEO itu terlalu memiliki kesan pintar. Kalau desainer kan hanya orang-orang yang memang suka dengan pekerjaannya, dan punya jam terbang.

Prinsip saya, kita kerja itu harus turun sendiri, mendesain sendiri, karena di Wong Hang ini sudah merupakan standar operasional. Kita juga harus ukur sendiri, buat desainnya sendiri, cutting-nya, finishing-nya.

Kalau misal ngga saya, bisa adik saya atau ponakan saya. Harus dari keluarga kita sendiri, karena harus jaga rasa, layaknya pemilik warung padang. Beda yang masak, pasti jadi beda rasanya.

Konsumen itu juga perlu diatur, diatur maksudnya adalah kita harus berdiskusi dengan mereka mengenai keinginannya apa, seleranya bagaimana, suka kain dan bahan seperti apa, dsb. [teks Gabriella Sakareza]

Redaksi